SIKOLONG IN MY LIFE #2 : PESAN
DARI MUSA
Ulangan 32:52
Engkau boleh melihat negeri itu terbentang di depanmu, tetapi
tidak boleh masuk ke sana, ke negeri yang Kuberikan kepada orang Israel."
Anakku…..
Apa
yang engkau rasakan di Pegunungan Latimojong saat berdiri di kaki tebing Sikolong
dan menatap puncaknya belum sebanding dengan apa yang aku rasakan saat berada
di Gunung Nebo, Pegunungan Abarim dan menatap “Tanah Perjanjian” dari atas
puncak Pisga. Tanah yang dijanjikan TUHAN bagi kaum dan bangsaku saat Ia
memintaku memimpin mereka keluar dari tanah Mesir, tapi kemudian TUHAN berkata bahwa
aku tidak layak menjejakkan kakiku di sana. Aku hanya boleh memandang dan
mengagumi keindahan serta kekayaannya dari jauh sebelum aku mati.
Bukankah
kau masih punya banyak kesempatan? Belajarlah dari kegagalanku. Alasan
ketidaklayakanku adalah karena aku terkadang berubah setia dan tidak
menghormati kekudusan-Nya di sepanjang perjalanan. Aku lebih mementingkan
keinginan dagingku. Pendidikan Dasar dan
masa persiapan selama 40 tahun di tanah
Mesir, 40 tahun menggembala di padang dalam pelarian di Midian dan 40 tahun
berjalan bersama bangsa Israel ternyata tidak cukup mengubah sebagian sikap,
ego dan temperamenku meski orang mengenalku sebagai manusia yang paling lembut
hatinya.
Kita
adalah warga surga yang dikirim TUHAN bertualang di bumi. TUHAN memang berjanji
menyertai kita melewati setiap puncak gunung kehidupan, berjalan bersama kita
dalam tiang api dan tiang awannya. Bahkan jika kita memiliki iman kepada-Nya
sebesar biji sesawi saja, kita dapat memindahkan gunung. Tapi tanpa KASIH
semuanya hanyalah kesia-siaan (1 Korintus 13:2). Terkadang kita ingin menjejaki
puncak hanya untuk sebuah pemenuhan keinginan daging, sebuah pengakuan. Bukankah
pencinta alam tak pernah dinilai dari seberapa banyak puncak yang pernah
dijejakinya? Mencapai puncak-puncak dalam kehidupan hanyalah bonus perjalanan
di bumi, sukses sejati adalah pulang ke “rumah”.
Jika
kamu mendaki setiap gunung kehidupan dan melakukan semuanya demi “KASIH”, tak akan
ada kegagalan, penyesalan dan kekecewaan dalam hatimu saat gagal mencapai
puncak. Karena engkau tahu semuanya telah dirancangan TUHAN sebagai proses
belajar bagimu. Belajarlah meninggalkan keinginan dagingmu hingga rohmu layak
kembali ke “RUMAH SEJATI”.
Meskipun
aku tak layak memasuki tanah perjanjian bagi bangsaku, TUHAN tetap mengasihiku.
TUHAN tak pernah ingkar janji tentang tanah perjanjian . Apa yang tidak pernah
dilihat, tidak pernah didengar dan timbul dalam hati, semua disediakan Allah
bagi kita yang mengasihi-Nya. Saat aku menghembuskan nafas terakhirku di gunung
Nebo, sesungguhnya TUHAN sedang mengirim rohku ke tahan perjanjian sejati.
Tanah dimana aku tidak hanya dikumpulkan bersama kaum dan leluhurku, tetapi
juga berkumpul bersama-Nya.
Selamat
mendaki! Sampai jumpa di tanah perjanjian sejati, rumah sejati….
--Musa—
*
Pada tanggal 30 Januari 2015 kami melakukan pendakian lintas 3 puncak
pegunungan Latimojong: Potok Sia, Lapande’ dan Sikolong dengan target 3 hari.
Kondisi cuaca dan jalur yang begitu tertutup dan beberapa kali disorientasi membuat
kami melampaui target waktu. Selasa, 3 Februari 2015 kami mencapai kaki Sikolong yang puncaknya ternyata adalah tebing batu kerucut tanpa vegetasi dan licin. Hanya
bisa menatapnya tanpa kemampuan dan keberanian untuk memanjatinya. Akhirnya
kami mencapai Uluway 5 Februari 2015 setelah 2 hari survival.
2 comments:
(Y)
(Y)
Post a Comment