BUNTU SINAJI
Gunung
Sinaji yang lebih dikenal penduduk setempat dengan Buntu[i]
Sinaji merupakan puncak paling utara Pegunungan Latimojong dengan letak
geografis 03°14’57”LS - 119°58’52”BT (-3.2492,119.9812)[ii]. Puncak Sinaji yang memiliki ketinggian 2427 MDPL (7.963 kaki)
merupakan puncak Pegunungan Latimojong yang paling sering didaki sebagai tujuan
utama (non lintas) setelah puncak Rantemario.
Gunung Sinaji secara adminisratif terletak di Lembang[iii]
Uluway Kecamatan Mengkendek, Kabupaten Tana Toraja.
Jalur umum menuju puncak Sinaji juga melalui Lembang Uluway. Terdapat jalur
lain yang dibuka LKI Uluway melalui Maliba, Uluway Barat.
Tidak
ada yang tahu pasti apa arti dari kata Sinaji. Nama Sinaji sendiri baru mulai
dikenal pada masa penjajahan Belanda dan diyakini penduduk merupakan nama yang diberikan
oleh Belanda dan berasal dari bahasa Belanda. Namun tak ada kata sinaji
dalam bahasa Belanda, ada kemungkinan nama Sinaji diambil dari nama gunung di
Mesir; Sinai yang disebut dalam Alkitab sebagai gunung suci dimana Musa
mengambil 10 Perintah Allah (Keluaran 19 – 20).[iv] Dari
cerita warga setempat, penduduk Uluway sudah sering mendaki Sinaji sejak dahulu
untuk tujuan spiritual, mencari rotan dan kayu untuk bahan bangunan serta
berburu anoa.
Suhu
rata-rata gunung Sinaji adalah 14,7°C dengan curah hujan 2.871mm per tahun.
Hujan sangat sering turun di Sinaji bahkan pada bulan-bulan musim kemarau. Curah
hujan paling sedikit adalah pada bulan September (67mm) dan paling tinggi pada
bulan Januari (475 mm).[v]
Flora
dan fauna yang banyak dijumpai antara lain; kayu damar, tahi angin, lumut,
berbagai jenis anggrek, kantong semar, tupai, berbagai jenis burung, dll.
CARA
MENCAPAI LOKASI
Dari Makassar, Anda dapat langsung
mencari bus di Terminal Dayak atau langsung ke perwakilan bus tujuan Toraja dan minta di
turunkan di Dusun Karangan, Lembang Buntu Limbong yang merupakan persimpangan
menuju Lembang Uluway dan Desa Rante Limbong.
Tarif
bus bervariasi mulai dari Rp. 120.000,- hingga Rp. 400.000,- tergantung jenis
bus. Perjalanan ini memakan waktu ±7 jam.
Dari Karangan, angkutan regular berupa
truk dengan tarif Rp. 30.000,- hanya ada
pada hari pasar Uluway (Rabu) dan hari pasar Sudu (Selasa dan Jumat).
Alternatif angkutan adalah dengan menggunakan ojek dengan tarif Rp. 50.000,- atau mencoba menjadi hittchiker
mengingat banyak kendaraan pribadi warga yang lewat.
Informasi
Trayek Perjalanan Makassar-Uluway (2016)
Trayek
|
Keterangan
|
Waktu
|
Biaya
(Rp)
|
Makassar-Toraja (Karangan)
|
Bus
|
7 jam
|
120.000
|
Karangan
– Uluway
|
Truk/Minibus
|
1 jam
|
30.000
|
Karangan
– Uluway
|
Ojek
|
1 jam
|
50.000
|
JALUR
PENDAKIAN
Dari Uluway, jalur pendakian
menuju puncak Sinaji terdiri dari 6 pos dengan waktu tempuh secara akumulatif ±7 jam (tidak termasuk istirahat dan camp/menginap). Jalur yang hampir
seluruhnya menanjak dengan kemiringan hingga >85° menjadikan Gunung Sinaji
salah satu gunung dengan jalur tersulit di Sulawesi. Terdapat 1 puncak lagi
setelah puncak Sinaji (Pos 7).
Uluway
Lembang
Uluway merupakan desa terakhir sekaligus menjadi tempat para pendaki melapor
kepada warga/pemerintah setempat. Pada Juli 2016,
tempat melaporkan diri dan mengisi buku
tamu adalah rumah Bapak Y. Samma’ (Nenek Pani), pensiunan guru dan mantan ketua
BPL Uluway. Rumah ini terletak di depan gedung Gereja Toraja Jemaat Uluway dan
merupakan rumah pertama di sisi kiri jalur pendakian. Para pendaki juga sering
beristirahat di rumah ini sebelum dan sesudah pendakian.
Lembang
Uluway adalah desa paling selatan Kabupaten Tana Toraja yang berbatasan
langsung dengan Kabupaten Enrekang di selatan dan Luwu Timur di barat. Nama
Uluway sendiri berasal dari dua kata dalam bahasa Toraja; ulu yang
berarti kepala atau hulu dan way (uai) yang berarti air. Uluway sendiri
membentuk sebuah lembah/cekungan yang dikelilingi puncak-puncak Latimojong;
Sinaji, Potok Sia, Lapande’, – Sikolong, Rante Kambola, Rante Mario, Palangka, Sarang Langkan dan Buntu
Kanjilo’. Ada banyak sungai yang berhulu pada puncak-puncak ini dan mengalir
melalui Uluway diantaranya; Salu[vi]
Tonggo, …. . Hal inilah yang melatar belakangi penamaan tersebut. Aliran
sungai-sungai dari pegunungan Latimojong juga membentuk beberapa air terjun
yang indah antara lain; Sarambu[vii]
Tipali’, Sarambu Pong Toding, Sarambu Sarombon, dan Sarambu Sitodon.
Mata
pencaharian sebagian besar penduduk Uluway adalah bertani. Kopi dan cengkeh
adalah tanaman jangka panjang yang banyak ditanam, diantara tanaman jangka
panjang, warga kadang menanam lada katokkon (), kacang panjang, kacang merah,
tomat dan tanaman jangka pendek lainnya. Penduduk juga bercocok tanam padi
untuk memenuhi kebutuhan pribadi.
Adat
dan kebudayaan Toraja masih dipertahankan sebagian penduduk Uluway diantaranya arsitektur
dan seni ukir pada rumah, tongkonan dan alang. Di daerah Garatuan, juga masih
terdapat kelompok music tradisional dari
bamboo yang dikenal dengan pa’rongggeng (di bagian Toraja lain disebut
pa’pompang)[viii].
Fasilitas/sarana kesehatan berupa puskesmas, dan rumah ibadah(gereja dan masjid) sudah ada di Uluway sementara sarana pendidikan baru ada pada tingkat Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD) - Madrasah Ibtidiyah (MI), dan Selah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) - Madrasa Tsanawiyah (MTs). Masyarakat masih mengandalkan turbin sebagai PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro)untuk penerangan.
Pos
1 – Kala’paran
Dari Uluway, Pos 1 ditempuh dengan waktu 1
jam
30 menit dari titik awal pendakian. Awalnya jalur merupakan jalan desa yang
telah dirintis dengan bulldozer kemudian menyimpang ke kiri menanjak ke daerah
berbentuk terasering yang dikelilingi rumpun bamboo. Daerah ini adalah bekas
perkampungan yang ditinggalkan pada masa pendudukan Belanda dan pemberontakan
DI/TII pimpinan Kahar Muzakkar. Setelah itu kita akan melewati perkebunan kopi dan lada katokkon. Pos 1 merupakan
area datar yang cukup luas dan dapat menampung ± 5 buah tenda. Terdapat sumber
air berupa aliran sungai sekitar 15 menit dari sisi kiri jalur. Disarankan Anda
menambah dan menghemat persediaan air karena Anda tidaka akan menemukan sumber
air hingga pos 4. Jika mendaki pada musim kemarau, disarankan membawa air untuk
kebutuhan selama pendakian dari pos ini.
Pos
2
Waktu tempuh dari pos 1 ke pos 2
adalah 2 jam. Pohon-pohon berukuran besar seperti damar yang banyak
ditumbuhi lumut dan tahi angin (unsea sp) mendominasi vegetasi jalur. Kantong semar (nephentes) dan rotan juga mulai banyak dijumpai di sepanjang jalur
pendakian. Pos 2 merupakan daerah yang cukup datar den dapat menampung ± 4 buah
tenda.
Pos
3
Jalur
menuju pos ini merupakan jalur terpendek. Dibutuhkan waktu kurang dari 30 menit
dari pos 2. Vegetasi lumut yang tebal dan tanaman sejenis palem () yang dalam
bahasa local disebut banga banyak dijumpai. Tanaman ini dimanfaatkan orang
Toraja sebagai tiang alang; lumbung padi
yang dibangun di depan rumah. Pos 3 merupakan area sempit yang hanya dapat
menampung 1 buah tenda.
Pos
4
Waktu tempuh 2 jam dari pos 3 menuju pos 4. Pos 4 adalah area
yang cukup datar yang dapat menampung 4 buah tenda. Terdapat sumber air di sisi kanan jalur
berupa kubangan kecil yang kemungkinan akan kering pada musim kemarau.
Pos
5
Dari
pos 4 jalur terbagi dua; jalur kanan (°) merupakan jalur
memotong sementara jalur kiri (°) merupakan jalur menuju puncak Andes. Puncak
Andes adalah daerah terbuka ke arah dan cukup datar yang cuga sering digunakan
sebagai lokasi camp. Daerah ini dapat menampung 6 buah tenda. Karena cukup terbuka, …… dapat terlihat jelas dari sini jika cuaca cerah. Ke dua jalur ini akan
bertemu sebelum pos 5. Dibutuhkan waktu 30 menit menuju pos 5. Pos 5 ditandai
dengan sebuah pohon besar berbalut lumut yang begitu tebal dan tidak
memungkinkan untuk mendirikan tenda.
Pos
6 - Puncak Sinaji
Pos 6 merupakan puncak tertinggi Sinaji (2427 MDPL) ditandai
dengan susunan batu membentuk kerucut. Puncak terbuka dengan daerah datar dan
luas ini dapat menampung > 10 tenda. Terdapat banyak botol dan jerigen yang
dimanfaatkan sebagai media penampungan air hujan.
Pos 7 - Puncak Fauzi
Setelah puncak Sinaji terdapat satu puncak lain
di arah….. Puncak ditandai dengan prasasti in memoriam Fauzi. Puncak Fauzi
berjarak 30 menit perjalanan dari puncak Sinaji dengan jalur bervariasi,
menurun di 15 menit pertama jalur dan menanjak di 15 menit sisanya. Jalur ini
merupakan jalur dengan vegetasi lumut yang paling indah dengan pohon-pohon
berbalut lumut membentuk labirin sempit.
Informasi
Rute Pendakian
Rute
|
Waktu
Tempuh
|
Ketinggian
|
Letak
Geografis
|
Uluway
- Pos 1*
|
1 jam
30
menit
|
||
Pos 1-Pos2
|
2 jam
|
||
Pos 2-Pos 3
|
20 menit
|
||
Pos 3-Pos 4*
|
2 jam
|
||
Pos 4-Pos 5
|
30 menit
|
||
Pos 5-Pos 6
|
30 menit
|
2.427 MDPL
|
S 03°14’57”– E 119°58’52”
|
Pos 6-Pos 7
|
30 menit
|
*Pos dengan sumber air (1, dan 4). Waktu tempuh
tidak termasuk istirahat/camp
TIPS
PENDAKIAN
1. Waktu terbaik pendakian adalah April hingga November.
2. Sebaiknya tiba di Karangan pada hari Selasa, Rabu dan Jumat pagi
mengingat angkutan regular hanya ada pada hari tersebut.
3. Laporkan aktivitas pendakian pada warga setempat (Bapak Y.Samma’).
4. Banyak terdapat pacet di daerah pegunungan Latimojong terutama pada musim hujan. Periksalah tubuh Anda saat beristirahat. Selain itu terdapat
sejenis kutu yang dalam bahasa local (Toraja) disebut “kutu bai” (bai = babi)
yang menggigit dan menempel pada tubuh. Gigitan kutu ini menimbulkan rasa gatal
yang luar biasa dan menimbulkan benjolan kecil (bentol) pada bagian tubuh yang
digigit. Usahakan untuk tidak menggaruk dan gunakan minyak gosok atau
sejenisnya. Menggaruk akan membuat badan kutu bai terlepas sementara bagian
kepala yang dibenamkan ke dalam kulit tetap tinggal.
PERIZINAN
Untuk
untuk mendaki gunung ini, pendaki hanya melapor dan mengisi buku tamu di rumah
Bapak Y. Samma’ (Nenek Pani).
KEBERADAAN PORTER
Tidak
tersedia porter (berbayar). Terdapat KPA di desa Uluway (LKI Uluway Adventure)
yang biasanya bersedia mengantar para pendaki.
CERITA
DAN LEGENDA MASYARAKAT
Keberadaan Sumber Daya/Kekayaan Alam
Daerah
Sinaji dipercayai mempunyai kandungan emas, batu bara dan minyak tanah. Pernah
ada warga Jepang yang mendirikan peternakan sapi di perbatasan Rante Limbong
(Kec. Curio, Kab. Enrekang) dan Maliba (Lembang Uluway Barat Kec. Mengkendek,
Kab. Tana Toraja). Daerah peternakan sapi terebut masuk dalam wilayah
administrasi. Penduduk mencurigai pengusaha Jepang tersebut berniat menguasai
lahan yang dijadikan peternakan itu karena potensi sumber daya mineral yang
terkandung di dalamnya. Kabarnya pengusaha Jepang tersebut melakukan
penambangan emas secara illegal pada malam hari. Kantor/rumah pengusaha Jepang
masih ada sampai saat ini dan dikenal dengan nama “Bola Jepang”[ix].
Ada
cerita sebuah danaudi sekitar kaki gunung Sinaji dimana terdapat bongkahan emas
sebesar jantung pisang. Dikabarkan ada warga Jepang yang mencoba menyelam untuk
mengambil bongkahan emas ersebut namun tenggelam dan tidak ditemukan lagi.
Kejadian serupa pernah dialami warga asal Kabupaten Bone. Kawasan pegunungan Latimojong
(termasuk Sinaji dan Uluway) juga diyakini penduduk merupakan tempat dimana
harta karun sanda saratu ; 100 peralatan rumah tangga yang terbuat dari
emas.
Selain
itu banyak terdapat cerita rakyat tentang legenda tempat-tempat di sekitar
Uluway diantaranya Bulu Pala’ yang diyakini pernah mendiami daerah Tawaru dan
Lapande’ di kaki puncak Sikolong dan Lapande’.
OBJEK/TEMPAT MENARIK TERDEKAT
1. Sarambu (Air Terjun) Pong Toding, Uluway
2. Sarambu
Sitodon, Uluway
3. Sarambu
Tipali’, Uluway
4. Bangkele
Tua (Perkampungan Tua Sillanan)
5. Situs
Pemakaman Ma’dandan , Sillanan
6. Buntu
Pentagarian, Sillanan
7. Buntu
Ambeso, Gandangbatu
8. Buntu
Kandora, Tengan – Palipu, Mengkendek
REKOMENDASI TULISAN/SUMBER DATA DAN INFORMASI TERKAIT
[i] Buntu adalah bahasa Toraja untuk gunung.
[iii] Lembang adalah istilah untuk Desa dalam bahasa
Toraja.
[iv] Alkitab, Kitab Keluaran Pasal 19 dan 20.
[vi] Salu adalah bahasa Toraja untuk sungai.
[vii]
Sarambu adalah bahasa Toraja yang
berarti air terjun.
[viii] Paembonan, Elthon. Keindahan Alam
Desa Uluway. http://eltonpaembonan.blogspot.co.id/2015_01_01_archive.html diakses pada 11 Juli 2016 pukul
11:33 WITA
[ix]
Bola adalah bahasa Duri – Enrekang yang berarti rumah.
1 comment:
Cerita/legenda lainnya:
@ Gua yang dijaga kucing hitam
@ Kampung leluhur atau kampung walli
@ Danau/telaga di puncak yang hanya bisa dilihat orang tertentu
Post a Comment