Tuesday, July 12, 2016

BUNTU SINAJI




BUNTU SINAJI

Gunung Sinaji yang lebih dikenal penduduk setempat dengan Buntu[i] Sinaji merupakan puncak paling utara Pegunungan Latimojong dengan letak geografis 03°14’57”LS - 119°58’52”BT (-3.2492,119.9812)[ii]. Puncak Sinaji yang memiliki ketinggian 2427 MDPL (7.963 kaki) merupakan puncak Pegunungan Latimojong yang paling sering didaki sebagai tujuan utama (non lintas) setelah puncak Rantemario. Gunung Sinaji secara adminisratif terletak di Lembang[iii] Uluway Kecamatan Mengkendek, Kabupaten Tana Toraja. Jalur umum menuju puncak Sinaji juga melalui Lembang Uluway. Terdapat jalur lain yang dibuka LKI Uluway melalui Maliba, Uluway Barat.

Tidak ada yang tahu pasti apa arti dari kata Sinaji. Nama Sinaji sendiri baru mulai dikenal pada masa penjajahan Belanda dan diyakini penduduk merupakan nama yang diberikan oleh Belanda dan berasal dari bahasa Belanda. Namun tak ada kata sinaji dalam bahasa Belanda, ada kemungkinan nama Sinaji diambil dari nama gunung di Mesir; Sinai yang disebut dalam Alkitab sebagai gunung suci dimana Musa mengambil 10 Perintah Allah (Keluaran 19 – 20).[iv] Dari cerita warga setempat, penduduk Uluway sudah sering mendaki Sinaji sejak dahulu untuk tujuan spiritual, mencari rotan dan kayu untuk bahan bangunan serta berburu anoa.

Suhu rata-rata gunung Sinaji adalah 14,7°C dengan curah hujan 2.871mm per tahun. Hujan sangat sering turun di Sinaji bahkan pada bulan-bulan musim kemarau. Curah hujan paling sedikit adalah pada bulan September (67mm) dan paling tinggi pada bulan Januari (475 mm).[v]

Flora dan fauna yang banyak dijumpai antara lain; kayu damar, tahi angin, lumut, berbagai jenis anggrek, kantong semar, tupai, berbagai jenis burung, dll.

CARA MENCAPAI LOKASI
Dari Makassar, Anda dapat langsung mencari bus di Terminal Dayak atau langsung ke perwakilan bus tujuan Toraja dan minta di turunkan di Dusun Karangan, Lembang Buntu Limbong yang merupakan persimpangan menuju Lembang Uluway dan Desa Rante Limbong. Tarif bus bervariasi mulai dari Rp. 120.000,- hingga Rp. 400.000,- tergantung jenis bus. Perjalanan ini memakan waktu  ±7 jam.

Dari Karangan, angkutan regular berupa truk dengan tarif  Rp. 30.000,- hanya ada pada hari pasar Uluway (Rabu) dan hari pasar Sudu (Selasa dan Jumat). Alternatif angkutan adalah dengan menggunakan ojek dengan tarif  Rp. 50.000,- atau mencoba menjadi hittchiker mengingat banyak kendaraan pribadi warga yang lewat.

Informasi Trayek Perjalanan Makassar-Uluway (2016)
Trayek
Keterangan
Waktu
Biaya (Rp)
Makassar-Toraja (Karangan)
Bus
 7 jam
120.000
Karangan – Uluway
Truk/Minibus
 1 jam
30.000
Karangan – Uluway
Ojek
 1 jam
50.000

JALUR PENDAKIAN
Dari Uluway, jalur pendakian menuju puncak Sinaji terdiri dari 6 pos dengan waktu tempuh secara akumulatif ±7 jam (tidak termasuk istirahat dan camp/menginap). Jalur yang hampir seluruhnya menanjak dengan kemiringan hingga >85° menjadikan Gunung Sinaji salah satu gunung dengan jalur tersulit di Sulawesi. Terdapat 1 puncak lagi setelah puncak Sinaji (Pos 7).

Uluway
Lembang Uluway merupakan desa terakhir sekaligus menjadi tempat para pendaki melapor kepada warga/pemerintah setempat. Pada Juli 2016, tempat melaporkan diri  dan mengisi buku tamu adalah rumah Bapak Y. Samma’ (Nenek Pani), pensiunan guru dan mantan ketua BPL Uluway. Rumah ini terletak di depan gedung Gereja Toraja Jemaat Uluway dan merupakan rumah pertama di sisi kiri jalur pendakian. Para pendaki juga sering beristirahat di rumah ini sebelum dan sesudah pendakian.

Lembang Uluway adalah desa paling selatan Kabupaten Tana Toraja yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Enrekang di selatan dan Luwu Timur di barat. Nama Uluway sendiri berasal dari dua kata dalam bahasa Toraja; ulu yang berarti kepala atau hulu dan way (uai) yang berarti air. Uluway sendiri membentuk sebuah lembah/cekungan yang dikelilingi puncak-puncak Latimojong; Sinaji, Potok Sia, Lapande’, – Sikolong, Rante Kambola,  Rante Mario, Palangka, Sarang Langkan dan Buntu Kanjilo’. Ada banyak sungai yang berhulu pada puncak-puncak ini dan mengalir melalui Uluway diantaranya;  Salu[vi] Tonggo, …. . Hal inilah yang melatar belakangi penamaan tersebut. Aliran sungai-sungai dari pegunungan Latimojong juga membentuk beberapa air terjun yang indah antara lain; Sarambu[vii] Tipali’, Sarambu Pong Toding, Sarambu Sarombon, dan Sarambu Sitodon.

Mata pencaharian sebagian besar penduduk Uluway adalah bertani. Kopi dan cengkeh adalah tanaman jangka panjang yang banyak ditanam, diantara tanaman jangka panjang, warga kadang menanam lada katokkon (), kacang panjang, kacang merah, tomat dan tanaman jangka pendek lainnya. Penduduk juga bercocok tanam padi untuk memenuhi  kebutuhan pribadi.

Adat dan kebudayaan Toraja masih dipertahankan sebagian penduduk Uluway diantaranya arsitektur dan seni ukir pada rumah, tongkonan dan alang. Di daerah Garatuan, juga masih terdapat kelompok music  tradisional dari bamboo yang dikenal dengan pa’rongggeng (di bagian Toraja lain disebut pa’pompang)[viii].

Fasilitas/sarana kesehatan berupa puskesmas, dan rumah ibadah(gereja dan masjid) sudah ada di Uluway sementara sarana pendidikan baru ada pada tingkat Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD) -  Madrasah Ibtidiyah (MI), dan Selah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) - Madrasa Tsanawiyah (MTs). Masyarakat masih mengandalkan turbin sebagai PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro)untuk penerangan.

Pos 1 – Kala’paran
Dari Uluway, Pos 1 ditempuh dengan waktu  1 jam 30 menit dari titik awal pendakian. Awalnya jalur merupakan jalan desa yang telah dirintis dengan bulldozer kemudian menyimpang ke kiri menanjak ke daerah berbentuk terasering yang dikelilingi rumpun bamboo. Daerah ini adalah bekas perkampungan yang ditinggalkan pada masa pendudukan Belanda dan pemberontakan DI/TII pimpinan Kahar Muzakkar. Setelah itu kita akan melewati perkebunan kopi dan lada katokkon. Pos 1 merupakan area datar yang cukup luas dan dapat menampung ± 5 buah tenda. Terdapat sumber air berupa aliran sungai sekitar 15 menit dari sisi kiri jalur. Disarankan Anda menambah dan menghemat persediaan air karena Anda tidaka akan menemukan sumber air hingga pos 4. Jika mendaki pada musim kemarau, disarankan membawa air untuk kebutuhan selama pendakian dari pos ini.

Pos 2  
Waktu tempuh dari pos 1 ke pos 2 adalah  2 jam. Pohon-pohon berukuran besar seperti damar yang banyak ditumbuhi lumut dan tahi angin (unsea sp)  mendominasi vegetasi jalur. Kantong semar (nephentes)  dan rotan juga mulai  banyak dijumpai di sepanjang jalur pendakian. Pos 2 merupakan daerah yang cukup datar den dapat menampung ± 4 buah tenda.

Pos 3  
Jalur menuju pos ini merupakan jalur terpendek. Dibutuhkan waktu kurang dari 30 menit dari pos 2. Vegetasi lumut yang tebal dan tanaman sejenis palem () yang dalam bahasa local disebut banga banyak dijumpai. Tanaman ini dimanfaatkan orang Toraja sebagai  tiang alang; lumbung padi yang dibangun di depan rumah. Pos 3 merupakan area sempit yang hanya dapat menampung 1 buah tenda.
 
Pos 4  
Waktu tempuh 2 jam dari pos 3 menuju pos 4. Pos 4 adalah area yang cukup datar yang dapat menampung 4 buah tenda. Terdapat sumber air di sisi kanan jalur berupa kubangan kecil yang kemungkinan akan kering pada musim kemarau.

Pos 5
Dari pos 4 jalur terbagi dua; jalur kanan (°) merupakan jalur memotong sementara jalur kiri (°)  merupakan jalur menuju puncak Andes. Puncak Andes adalah daerah terbuka ke arah dan cukup datar yang cuga sering digunakan sebagai lokasi camp. Daerah ini dapat menampung 6 buah tenda. Karena cukup terbuka, ……  dapat terlihat jelas dari sini jika cuaca cerah. Ke dua jalur ini akan bertemu sebelum pos 5. Dibutuhkan waktu 30 menit menuju pos 5. Pos 5 ditandai dengan sebuah pohon besar berbalut lumut yang begitu tebal dan tidak memungkinkan untuk mendirikan tenda.

Pos 6 - Puncak Sinaji
Pos 6 merupakan puncak tertinggi Sinaji (2427 MDPL) ditandai dengan susunan batu membentuk kerucut. Puncak terbuka dengan daerah datar dan luas ini dapat menampung > 10 tenda. Terdapat banyak botol dan jerigen yang dimanfaatkan sebagai media penampungan air hujan.

Pos 7 - Puncak Fauzi
Setelah puncak Sinaji terdapat satu puncak lain di arah….. Puncak ditandai dengan prasasti in memoriam Fauzi. Puncak Fauzi berjarak 30 menit perjalanan dari puncak Sinaji dengan jalur bervariasi, menurun di 15 menit pertama jalur dan menanjak di 15 menit sisanya. Jalur ini merupakan jalur dengan vegetasi lumut yang paling indah dengan pohon-pohon berbalut lumut membentuk labirin sempit.

 Informasi Rute Pendakian
Rute
Waktu Tempuh
Ketinggian
Letak Geografis
Uluway - Pos 1*
 1 jam 30 menit


Pos 1-Pos2
 2 jam


Pos 2-Pos 3
 20 menit


Pos 3-Pos 4*
 2 jam


Pos 4-Pos 5
 30 menit


Pos 5-Pos 6
 30 menit
 2.427 MDPL
S 03°14’57”– E 119°58’52”
Pos 6-Pos 7
30 menit


*Pos dengan sumber air (1, dan 4). Waktu tempuh tidak termasuk istirahat/camp

TIPS PENDAKIAN
1.      Waktu terbaik pendakian adalah April hingga November.
2.     Sebaiknya tiba di Karangan pada hari Selasa, Rabu dan Jumat pagi mengingat angkutan regular hanya ada pada hari tersebut.
3.    Laporkan aktivitas pendakian pada warga setempat (Bapak Y.Samma’).
4.     Banyak terdapat pacet di daerah pegunungan Latimojong terutama pada musim hujan. Periksalah tubuh Anda saat beristirahat. Selain itu terdapat sejenis kutu yang dalam bahasa local (Toraja) disebut “kutu bai” (bai = babi) yang menggigit dan menempel pada tubuh. Gigitan kutu ini menimbulkan rasa gatal yang luar biasa dan menimbulkan benjolan kecil (bentol) pada bagian tubuh yang digigit. Usahakan untuk tidak menggaruk dan gunakan minyak gosok atau sejenisnya. Menggaruk akan membuat badan kutu bai terlepas sementara bagian kepala yang dibenamkan ke dalam kulit tetap tinggal.

PERIZINAN
Untuk untuk mendaki gunung ini, pendaki hanya melapor dan mengisi buku tamu di rumah Bapak Y. Samma’ (Nenek Pani).

KEBERADAAN PORTER
Tidak tersedia porter (berbayar). Terdapat KPA di desa Uluway (LKI Uluway Adventure) yang biasanya bersedia mengantar para pendaki.

CERITA DAN LEGENDA MASYARAKAT
Keberadaan Sumber Daya/Kekayaan Alam
Daerah Sinaji dipercayai mempunyai kandungan emas, batu bara dan minyak tanah. Pernah ada warga Jepang yang mendirikan peternakan sapi di perbatasan Rante Limbong (Kec. Curio, Kab. Enrekang) dan Maliba (Lembang Uluway Barat Kec. Mengkendek, Kab. Tana Toraja). Daerah peternakan sapi terebut masuk dalam wilayah administrasi. Penduduk mencurigai pengusaha Jepang tersebut berniat menguasai lahan yang dijadikan peternakan itu karena potensi sumber daya mineral yang terkandung di dalamnya. Kabarnya pengusaha Jepang tersebut melakukan penambangan emas secara illegal pada malam hari. Kantor/rumah pengusaha Jepang masih ada sampai saat ini dan dikenal dengan nama “Bola Jepang”[ix].
Ada cerita sebuah danaudi sekitar kaki gunung Sinaji dimana terdapat bongkahan emas sebesar jantung pisang. Dikabarkan ada warga Jepang yang mencoba menyelam untuk mengambil bongkahan emas ersebut namun tenggelam dan tidak ditemukan lagi. Kejadian serupa pernah dialami warga asal Kabupaten Bone. Kawasan pegunungan Latimojong (termasuk Sinaji dan Uluway) juga diyakini penduduk merupakan tempat dimana harta karun sanda saratu ; 100 peralatan rumah tangga yang terbuat dari emas.

Selain itu banyak terdapat cerita rakyat tentang legenda tempat-tempat di sekitar Uluway diantaranya Bulu Pala’ yang diyakini pernah mendiami daerah Tawaru dan Lapande’ di kaki puncak Sikolong dan Lapande’.


OBJEK/TEMPAT MENARIK TERDEKAT
1.      Sarambu  (Air Terjun) Pong Toding, Uluway
2.     Sarambu Sitodon, Uluway
3.    Sarambu Tipali’, Uluway
4.     Bangkele Tua (Perkampungan Tua Sillanan)
5.    Situs Pemakaman Ma’dandan , Sillanan
6.    Buntu Pentagarian, Sillanan
7.     Buntu Ambeso, Gandangbatu
8.    Buntu Kandora, Tengan – Palipu, Mengkendek

REKOMENDASI TULISAN/SUMBER DATA DAN INFORMASI TERKAIT



[i]  Buntu adalah bahasa Toraja untuk gunung.
[iii]  Lembang adalah istilah untuk Desa dalam bahasa Toraja.
[iv]  Alkitab, Kitab Keluaran Pasal 19 dan 20.
[v] http://en.climate-data.org/location/558107/ diakses pada 11 Juli 2016 pukul 11:14 WITA.
[vi]  Salu adalah bahasa Toraja untuk sungai.
[vii] Sarambu adalah bahasa Toraja  yang berarti air terjun.
[viii] Paembonan, Elthon. Keindahan Alam Desa Uluway. http://eltonpaembonan.blogspot.co.id/2015_01_01_archive.html diakses pada 11 Juli 2016 pukul 11:33 WITA
[ix] Bola adalah bahasa Duri – Enrekang yang berarti rumah.

1 comment:

Anonymous said...

Cerita/legenda lainnya:
@ Gua yang dijaga kucing hitam
@ Kampung leluhur atau kampung walli
@ Danau/telaga di puncak yang hanya bisa dilihat orang tertentu