Wednesday, May 4, 2011

CINTA ADALAH PENGORBANAN

“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”
(Yohanes 3:16)

“Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.”
(Yohanes 15:13)

Cinta dan pengorbanan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Ada sebuah pepatah yang mengatakan “Anda dapat memberi tanpa cinta, namun anda tak bisa mencintai tanpa memberi”. Karena CINTA, bahkan TUHAN pun rela mengorbankan anak-Nya untuk kita. Yesus tidak lagi menganggap kita hamba, melainkan sahabat dan rela merelakan nyawa-Nya untuk kita(Yohanes 15:15).

PENGORBANAN DIGERAKKAN OLEH CINTA
Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka.
(Markus 6:34)

Dalam pelayanannya, Yesus dan murid-murinya berencana untuk ke tempat sunyi dan beristirahat, namun  hati-Nya tergerak oleh belas kasih melihat orang banyak yang mengikutinya dan menghiraukan rasa lelah dan lapar yang dialami-Nya untuk mengajar orang-orang tersebut. Bahkan dalam ayat selanjutnya Yesus melakukan mujizat dengan memberi makan lebih dari 5000 orang.

Ketika pengorbanan digerakkan oleh cinta, bahkan kita mampu melakukan hal-hal yang tampak tidak mungkin…!

PENGORBANAN BUKAN UNTUK KEPENTINGAN DIRI SENDIRI
“Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.
Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.
(1 Korintus 13:4-5)

Ketika Daud menginginkan Batsyeba binti Eliam, maka ia menempatkan Uria suaminya pada barisan terdepan dalam pertempuran untuk menjebaknya agar ia tewas. (2 Samuel 11:15). Apakah ini adalah sebuah pengorbanan untuk cinta…?
Yah ini memnag sebuah pengorbanan, namun bukan untuk cinta dan tidak didasari oleh cinta, melainkan egoisme. Sebuah pengorbanan karena nafsu( 2 Samuel 11:2).
Pengorbanan dilakuan untuk menyenangkan hati orang yang kita cintai, bukan menimbulkan duka( 2 Samuel 12:26). Pengorbanan dengan apa yang kita punya, bukan dengan memanfaatkan orang lain.

PENGORBANAN ADALAH KERELAAN
Pengorbanan adlah sebuah kerelaan tanpa paksaan.
Kerelaan Abraham meninggalkan kaumnya meski belum tahu kemana TUHAN akan membawanya.
Kerelaan Abraham mengorbankan anaknya Ishak, meski sebelumnya Allah telah menjanjikan keturunan dan bangsa yang besar melaluinya.
Kerelaan Yakub bekerja pada Yakub untuk mendapatkan Rachel 7 tahun lagi meski sebelumnya ia telah dikecewakan(Kejadian 29).
Kerelaan Shinta  mendampingi Rama selama 12 tahun di hutan belantara Dandaka meski ia bisa memilih tingga dalam istana Ayodya.

Mcz,0411

3 comments:

Anonymous said...

Berkorban berarti meninggalkan atau merelakan sesuatu yang bernilai tinggi demi hal-hal lain yang seseorang anggap lebih berharga. Orang seringkali salah memahami pengorbanan dengan cinta yang tanpa mementingkan diri sendiri (selfless love), padahal pada kenyataannya, pengorbanan adalah aksi untuk melayani diri sendiri (self -serving act) yang didorong oleh hasrat seseorang untuk mencapai sesuatu yang dia idealkan. Pada saat kita mulai menghargai tindakan pengorbanan sebagai tindakan memilih untuk mendedikasikan waktu dan energi seseorang untuk melakukan sesuatu yang kita anggap lebih penting dari yang lain, maka terbukti sebuah pengorbanan tidaklah bersifat ‘tidak mementingkan diri sendiri’ (selfless). Yang lebih sering terjadi adalah , pengorbanan adalah tindakan melayani diri sendiri (self-serving) yang membantu menghilangkan rasa bersalah karena tidak dapat memenuhi idealisme diri sendiri tentang apa yang dilakukan atau semestinya dilakukan.
Namun demikian, self-serving atau melayani diri sendiri tidak selalu berarti negatif. Sangatlah manusiawi untuk melakukan hal-hal sesuai hasrat untuk mencari kesenangan dan menghindari penderitaan. Mencintai adalah bentuk lain dari melayani diri sendiri yang dapat melahirkan rasa bahagia. Kita memiliki kemampuan untuk mencintai dan butuh dicintai. Menjadi orangtua mempresentasikan kita dengan sejumlah peluang untuk mewujudkan rasa mencintai, sedangkan pernikahan memenuhi kebutuhan untuk dicinta.
Rasa cinta orangtua pada anak seringkali disebut sebagai bentuk cinta yang paling ‘murni’. Untuk mencintai seorang anak sudah pasti berarti menerima mereka apa adanya. Dengan kata lain untuk menerima mereka apa adanya (dengan segala kekurangan), apa pun kondisinya. Namun demikian kita cenderung menyangkalkan anak kita di bagian-bagian yang juga kita sangkal dari diri sendiri, biasanya secara tidak sadar. Kelanjutannya adalah kemampuan menerima anak-anak kita sebagaimana apa adanya, biasanya mungkin terjadi apabila kita sendiri sudah menerima diri sendiri sebagaimana apa adanya.
Bukanlah rahasia untuk mengatakan bahwa mencintai anak-anak harus diawali dengan mencintai diri sendiri. Kebajikan ini telah dikenal orang sejak ribuan tahun lalu. Buddha pernah mengatakan “Kau, dirimu sendiri, seperti halnya mahluk lain di seluruh jagad raya, berhak untuk mendapatkan rasa cinta dan kasih sayang darimu sendiri.” Yesus juga mengajarkan kepada kita untuk “mencintai tetanggamu sebagaimana mencintai diri sendiri”. Sebelum kita dapat mencintai dan menerima diri sendiri secara utuh, bagimana mungkin kita dapat mencintai anak-anak kita dengan sepenuh hati?

Anonymous said...

Persepsi mengenai efek cinta kepada seseorang, kebanyakan akan sepakat bahwa cinta akan membawa segala hal menjadi lebih baik meskipun pada kenyataanya keadaan tidaklah demikian, tapi setidaknya akan membawa aura-aura positif dan akan meningkatkan tingkat optimis yang ada. Yang kemudian akan membuat seseorang lebih berjiwa fighter dan perfeksionis. Itulah kekuatan cinta yang sering orang-orang agungkan.
Sayangnya pengagungan cinta kebanyakan selama ini diarahkan kepada objek cinta sehingga yang terjadi adalah penyembahan terhadap objek tersebut. Mungkin kita pernah mendengar cerita Sangkuriang yang menyulap suatu lembah menjadi danau karena penghambaannya kepada objek cintanya yaitu Dayang Sumbi. Mungkin kita masih beralasan itukan kisah legenda yang belum tentu kebenarannya. Namun ingatlahkisah Taj Mahal yang merupakan persembahan terindah kepada sang kekasih yang seakan setiap jengkal dari Taj Mahal menyebut nama sang kekasih. Namun sekali lagi itu semua ditujukan kepada objek cintanya. Dan yang terjadi adalah perbudakan oleh cinta itu sendiri. Terkadang perudakan cinta memang membawa kebahagiaan namun lebih sering adalah kepiluan dan kepedihan
Namun lihatlah ketika cinta disandarkan kepada si Pemilik, Pencipta dan Pelaku cinta itu sendiri. Dia lah Allah, seperti tulisan sebelumnya yang menceritakan orang-orang yang menaruh cintanya kepada sang subjek cinta itu sendiri. Kebahagiaan dan keindahan hidup insya Allah akan selalu dalam genggaman mereka. Namun bukan berarti cinta mereka tanpa pengorbanan. Sang subjek cinta tetap memberikan cobaan bagi para kekasihNya untuk mendapatkan kenikmatan cintaNya yang lebih besar.

Anonymous said...

Cinta sejati itu seperti udara yg kita hirup detik demi detik,...sungguh tak terasa dan kadang jarang atau bahkan tidak kita sadari ternyata terus mengalir dlm kehidupan kita, sosok cinta sejati itu seperti cinta dan kasih sayang Orang tua kita, kadang tak pernah kita rasakan keberadaannya padahal nyata dan begitu murni,tak memandang kelebihan dan kekurangan kita, teguh menerima apapun adanya kita,sampai kapanpun takan pernah berubah, jika kmu bertanya bagaimanakah cinta sejati itu, ya lihatlah cinta org tua kpd kita, sama konteknya dgn cinta pasangan kita, seandainya ada seseorg yg dapat mencintai kita spt cinta org tua kpd kita , maka itulah cinta sejatimu,.....yg kan mencintaimu slamanya persis spt cinta org tua yg sepanjang jalan,
Jelas cinta sejati itu butuh pengorbanan, dan kalou seandainya anda tlah menemukan cinta sejati anda, pasti takan sedikitpun berkeberatan berkorban, dan bentuk pengorbanan itu gak harus slalu nyawa, terlalu klise,...banyak yg bisa kita korbankan contohnya waktu, tenaga dan mgkn jg uang kita, dll,....dan satu hal bunuh diri atau memberikan nyawa kita tanpa alasan yg jelas dan sangat tidak realistis, bukanlah wujud sbuah pengorbanan untuk cinta sejati, itu hanyalah kesia-siaan smata,...berkorbanlah demi cinta sejati namun tetaplah harus smampu kita krn kita hanya manusia, yg ada batas kemampuannya,....ikutilah pula aturan dan kodrat yg tlah di tentukan oleh yg maha pencipta,....

cinta sejati itu cinta yang pengorbanannya tidak kita rasakan, apapun yang kita lakukan pada orang yang kita cintai tanpa kita pernah memikirkannya terlebih dahulu, semua itu keluar apa adanya, kita akan berusaha membuatnya bahagia, walalu terkadang tanpa kita sadari dia sering menyakiti hati kita tapi seribu pintu maaf selalu terbuka untuknya dan berharap dia akan menjadi lebih baik, cinta sejati itu tumbuh dihati dan tetap abadi tidak akan terhapus oleh waktu.
cinta sejati pastinya memerlukan pengorbanan
cinta sejati apakah terbawa sampai mati atau tidak itu saya tidak bisa menjawab. tp kalo mnrt w sih pasti terbawa sampai mati.

Cinta Butuh PengorbananApakah cinta itu berkorban sampai diartikan bunuh diri. Aritnya harus menghilangkan cita-cita dan masa depan demi seseorang. Atau harus menjadi sosok yang bukan dirinya !
Sering kita menyalah artikan cinta itu adalah pengorbanan segalanya, jika ini yang dimaksud pengorbanan, tentu siapapun tidak sanggup melakukannya.
Manusia siapapun dia, lebih condong membenarkan dirinya ; milihat sesuatu menurut penilaiannya; mengukur orang lain dengan ukuran dirinya; lebih senang menuntut orang lain berubah daripada dirinya yang berubah; menghendaki orang memaklumi dirinya dan mengerti akan kondisi dirinya; kurang senang orang lain yang dipromosikan, mengapa bukan dirinya ? ; kurang senang orang lain melebihi darinya; dan masih banyak hal-hal yang sudah diketahui bahwa itu tidak baik, namun sulit untuk merubahnya  inilah yang dikatakan ke-egoisan diri. Jadi jika dikatakan cinta itu perlu pengorbanan, artinya hal-hal inilah yang harus dikorbankan. Hal positif bahkan harus dipertahankan demi kepentingan cinta dan dinikmati bersama !
Harus diingat pengorbanan disini, lebih diartikan pada penguasaan diri yang baik, karena hanya pengusaan diri yang baik akan membangkitkan semangat untuk memikul beban yang biasanya terlalu mudah lost kontrol mengalir dengan seenaknya tanpa peduli perasaan orang lain, kemudian harus dikontrol dengan baik  tidak ada unsur pemaksaan diri atau dipaksakan oleh orang lain ! benar-benar dilakukan dengan kesadaran karena cinta itu sendiri !