Monday, June 14, 2010

YESUS YANG SANGAT RAMAH

Sekali lagi aku berbicara tentang Dia.
TUHAN telah memberiku suara dan bibir yang terbakar meski pun bukan bahasa.
Aku tidak berguna karena terlalu banyak kata-kata, meski pun aku akan memerintah hatiku dan bibirku.
Yesus mencintaiku dan aku tidak tahu mengapa.
Dan aku mencintai-Nya karena ia membangkitkan rohku menuju ketinggian melampaui tubuhku, dan menuju kedalaman melebihi rongga suaraku.

Cinta adalah sebuah misteri suci.
Bagi mereka yang mencintai, ini mengingatkan selamanya tanpa kata-kata:
Namun mereka yang tidak mencintai, ini tidak lain hanyalah lelucon tanpa hati.

Yesus memanggilku ketika kami sedang menjadi buruh di ladang.
Aku masih muda sehingga hanya suarab fajar yang sampai ke telingaku.
Namun suara-Nya dan lengkingan suara-Nya merupakan akhir dari perburuhanku dan awal dari kepemilikanku.
Kemudian tidak ada sesuatu pun untukku kecuali perjalanan di bawah matahari dan ibadah untuk kecintaan waktu.

Bisakah kamu menerima kekuasaan yang terlalu baik menjadi kuasa? Dan suatu kecantikan yang amat berseri-seri menjadi cantik?
Bisakah kamu mendengar dalam mimpi-mimpimu sebuah suara yang malu pada keterpesonaannya sendiri?
Ia memanggilku dan aku mengikuti-Nya.

Sore itu, aku kembali ke rumah ayahku untuk mengambil jubahku yang lain.
Dan kukatakan pada ibuku, “Yesus dari Nazaret akan mengambilku dalam jamaah-Nya.”
Dan ibuku mengatakan, “Pergilah ke jalan-Nya anakku, seperti saudaramu.”
Dan aku menemui-Nya.
Keharuman-Nya memanggilku dan memerintahku, tetapi hanya untuk membebaskanku.

Cinta adalah tuan rumah yang penuh kasih saying kepada para tamunya walau pun bagi rumahnya yang tak diharapkan merupakan sebuah khayalan dan penghinaan.

***

Sekarang kamu akan mendengarkan penjelasanku tentang mujizat-mujizat Yesus.
Kita semua adalah gerak-isyarat mujizat pada saat itu; TUHAN dan Guru kita dalah pusat dari waktu itu.
Walau pun bukan kehendaknya bahwa gerakan-Nya dikenali.

Aku telah mendengar Dia berkata pada orang lumpuh, “Bangkit dan pulanglah ke rumah, tetapi jangan katakana pada pendeta bahwa Aku telah menyembuhkanmu.”
Dan pikiran Yesus tidak bersama kepincangan itu; Ia dekat dengan kekuatan dan ketinggian.
Pikiran-Nya mampu melihat dan menggenggam pikiran-pikiran lain dan roh-Nya yang sempurna mengunjungi roh-roh lainnya.
Dan dengan melakukan hal ini, roh-Nya telah mengubah pikiran-pikiran dan roh-roh itu.

Tampaknya ini sebuah mujizat, tetapi bagi TUHAN dan Guru kita, ini merupakan hal sederhana seperti kita bernafas dengan udara setiap hari.

***

Dan sekarang, biarkanlah membicarakan hal-hal lain.
Pada suatu hari ketika Dia dan aku sedang berjalan di sebuah lading, kami berdua merasa lapar, dan kami mendatangi sebuah pohon apel liar.
Hanya da dua buah apel yang tergantung di cabang pohon itu.
Dan Ia memegang batang pohon itu dengan lengan-Nya kemudian mengguncangnya, dan dua buah apel itu jatuh.
Dia mengambil keduanya dan memberikan sebuah kepadaku. Yang lain Ia pegang.

Dalam rasa laparku, aku memakan apel itu, dan aku memakannya dengan cepat.
Kemudian aku melihatnya dan Ia masih tetap memegang apel yang lain itu di tangan-Nya.
Kemudia Ia memberikannya padaku sambil mengatakan, "Makanlah!”
Dan aku mengambil apel itu, tanpa rasa malu karena lapar, aku memakannya.
Kemudian kami melanjutkan perjalanan dan aku menatap wajah-Nya.

Namun bagaimana aku kan menceritakan kepadamu mengenai apa yang kulihat?
Suatu malam di mana lilin-lilin menyala di kegelapan,
Sebuah mimpi di luar jangkauan kita;
Pada tengah hari di mana sekawanan gembala sedang menggembalakan ternak mereka dalam kedamaian dan kebahagiaan;
Pada senja hari, ada kesunyian, dan saat kepulangan tiba;
Kemudia tidur dan ada sepenggal mimpi.

Semua itu kulihat di wajah-Nya.
Ia telah memberiku dua buah apel. Dan aku tahu sebenarnya Dia lapar seperti diriku.
Namun sekarang aku tahu bahwa dengan memberikan kedua buah apel itu padaku, Ia menjadi puas. Ia sendiri makan buah lain dari pohon yang lain.

Aku ingin bercerita lebih banyak padamu tentang Dia, tetapi bagaimana aku akan melakukannya?
Ketika cinta menjadi luas, cinta menjadi tak terbatas dunia.
Dan ketika ingatan menjadi penuh beban ia mencari kebisuan yang dalam.

(Yohanes di Patmos)

Sumber: Yesus Sang Anak Manusia (Kahlil Gibran)

No comments: