Monday, June 14, 2010

KISAH-KISAH DIBALIK TENGGELAMNYA TITANIC

Pendeta J. Stuart Holden, 38 tahun, menghadapi suatu masalah ketika ia banggun di pastorinya di London, 9 April 1912. Berlayar atau tidak? Sebagai pengkhotbah yang terkenal di gereja Anglikan di St. Paul, Portman Square yang kemudian di kenal sebagai St. Paul di Robert Adam Street; di mana-mana ia diminta menjadi pembicara pada acara-acara seperti Konvensi Keswick yang terkenal di Inggris Utara. Perjalanannya untuk pelayanan telah membawanya melintasi Atlantik tidak kurang dari 35 kali dan ia akan naik kapal untuk yang ke-36 kali.

Ia sendirian di rumah. Tanpa di duga-duga, isterinya harus dirawat di rumah sakit untuk operasi. Sekali lagi, Stuart mengamat-amati tiket yang seakan menatap ke arahnya. Di tiket tersebut tertulis;

Pdt. J. Stuart holden
PERUSAHAAN PELAYARAN WHITE STAR
Mohon perhatian khusus Anda atas persyaratan pengangkutan dan kontrak terlampir.
Pertanggungjawaban perusaan atas bagasi sangat terbatas, namun penumpang dapat mengasuransikannya sendiri.
Tiket penumpang kelas satu dengan kapal uap “Titanic”

BERLAYAR 10 April 1912

Tidak diragukanlagi pikir Stuart. Karena isterinya di rumah sakit, mau tidak mau ia harus membatalkan pelayarannya yang juga merupakan pelayaran perdana kapal paling besar dan paling mempesonakan yang pernah di buat. Dengan satu tarikan napas panjang, ia mengangkat telepon.

Beberapa hari kemudian, ia membaca berita kematiannya di surat kabar! Berdasarkan daftar penumpang, surat-surat kabar memasukkan nama Stuart Holden sebagai salah satu penumpang yang tenggelam dalam bencana laut yang terbesar, tenggelamnya kapal Titanic, hanya empat hari pelayaran dari Southampton. Selama sisa pelayanannya, Stuart Holden menyimpan tiket yang tidak dipakai tersebut dalam pigura di ruang kerjanya, sebagai pengingat utangnya kepada Sang Pemelihara.

***

Yes lady, God himself could not sink this ship
(Southampton, 10 April 1912)

“Ya, nyonya, Allah pun tidak bisa menenggelamkan kapal ini……..”
Ironisnya, perkataan ini diucapkan oleh salah seorang pelaut kepada seorang misionaris Kristen, Sylvia Caldwell, yang bersama dengan suaminya, Albert, dan bayi mereka, Albert -yang dibungkus dengan selimut pada malam naas tanggal 15 April- menumpang di kelas dua. Mereka baru kembali dari Thailand. Pasangan tersebut tadinya mengajar di Bangkok Christian Collage. Mereka hidup untuk menceritakan kisah yang menyedihkan tersebut, dan dengan demikian, menyediakan kepada dunia salah satu kutipan yang mengesankan di abad ke-20.

Tragedi kapal Titanic yang sangat mengejutkan tersebut menandakan berakhirnya zaman optimisme yang tidak terpatahkan di dunia Barat.

Sekoci-sekoci penolong dan kursi untuk berjemur; nasib permata-permata Lady Astor (dan seribu lima ratus orang yang hilang); band di kapal yang memainkan lagu-lagu jazz, dan kemudian lagu Nearer My God to Thee ketika kapal besar bertingkat sebelas dan sepanjang seperenam mil (kira-kira 267 meter) tersebut mulai meluncur sejauh kira-kira 3 km. Titanic menjadi suatu simbol yang universal di abad ke-20 tentang hilangnya keyakinan akan keselamatan, lembaga-lembaga, nilai-nilai yang dijunjung tinggi, dan akan kemampuan kita untuk mengatur nasib kita.

Ketika lampu-lampu Kristal bergelantung miring, ketika mesin Derek sedang menurunkan sekoci-sekoci penolong –tapi hanya cukup untuk separuh penumpang- hal apa pada saat itu yang paling berharga di dunia ini? Apa yang dinilai sebagai suatu yang berharga untuk diselamatkan? Banyak peristiwa di saat-saat kejadian naas tanggal 15 April tersebut menggambarkan prinsip lama yang dinyatakan dalam tantangan Kristus;

“Apa gunanya memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya. Karena pakah yang dapat diberikan sebagai ganti nyawa?”
(Markus 8:36-37)

Suatu krisis , entah di kapal Titanic atau bukan, sudah cukup untuk menyoroti masalah tersebut, dan memutarbalikknan nilai-nilai yang ada di kepala mereka. Seorang ahli kimia dari Toronto, Major Arthur Peuchen, yang sedang beristirahat di kamar kelas satunya bertanya-tanya apa yang harus diselamatkannya dari kapal yang naas tersebut. Akhirnya ia meninggalkan sebuah kotak timah yang berisi 200.000 dolar Amerika dalam bentuk surat-surat obligasi dan 100.000 dolar Amerika dalam bentuk saham utama dan melangakah keluar dari geladak yang dingin membekukan tersebut dengan hanya membawa tiga buah jeruk.

Ada penumpang kelas dua, Stuart Collett, seorang mahasiswa muda theologia, meninggalkan segala sesuatu yang dimilikinya, kecuali Alkitab karena ia sudah berjanji kepada saudaranya bahwa ia akan selalu membawanya sampai mereka bertemu kembali. Seperti Peuchen, ia selamat.

***

“Bung, apa Anda sudah selamat?” Tanya pendeta Glasgow, John Harper, kepada seorang sesame Skotlandia ketika mereka sedang berjuang di air yang bersuhu di bawah nol derajat dengan memegang potongan-potongan barang rongsokan.
“Tidak, saya belum!” jawab orang itu.
“Percaya kepada TUHAN Yesus Kristus dan anda akan selamat!” imbau Harper.

Ombak membawa pendeta tersebut menjauh, tetapi tidak lama kemudian, ia dihanyutkan kembali ke samping orang tersebut.
“Apakah sekarang Anda sudah selamat?” ia mendesak.
“Tidak, saya tidak bias dengan jujur mengatakan bahwa saya selamat.”
“Percaya kepada TUHAN Yesus Kristus dan anda akan selamat!” sekali lagi Harper mengulani ayat Kitab Suci, lalu pegangannya terlepas dan ia tenggelam.

Sebagaimana yang diceritakan oleh anak muda Skotlandia tersebut kemudian di suatu pertemuan di Hamilton, Kanada, “Dan di sana, sendirian pada malam itu, dan dengan kurang lebih 3 km air di bawah saya, saya percaya. Saya adalah petobat terakhir dari John Harper.”

Sekarang ini, gereja John harper Memorial dapat dikunjungi di Glasgow; ada juga tanda peringatan di gereja Moody di Chicago, untuk mengenang seorang duta injil yang terkemuka.

***

“Apa gunanya memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya. Karena pakah yang dapat diberikan sebagai ganti nyawa?”

Kekayaan hampir tidak berarti pada malam yang membekukan di bulan April di Lautan Atlantik. Mungkin banyak yang sudah dilakukan, di lain kesempatan, oleh hartawan John Jacob Astor, dan isterinya yang kehilangan barang-barang permata; atau tentang mutiara-mutiara Nyonya Widener; atau tentang keluarga Ryerson yang naik kapal Titanic dengan 16 koper yang semuanya mengapung di dalam kapal, tentang pelayan pria, perawat, guru privat, dan kawan-kawan yang membawa semua yang ada di sana untuk membuat hidup lebih mudah bagi seseorang. Namun tidak pada malam itu! Tidak ada yang dapat menyamai pentingnya prospek suatu kapal yang akan tenggelam pada jam itu dan memfokuskan pikiran pada apa yang benar-benar penting.

Benar, Anda masih biaa mempunyai waktu yang cukup baik, bahkan suatu kesenangan yang kecil, dalam waktu yang sedemikian kecil, dalam waktu yang demikian singkat jika Adnda memilih untuk mengabaikan bencana yang mengancam. Anda bias mencungkil gunung es tersebut, mengambil pecahannya untuk mencampurkannya di wiski Anda, atau menaikkan volume music lebih keras….. lebih cepat…….

“Semua orang di kelas tiga, Anda sekarang dapat masuk kelas satu!”
“Minum? Ya, mulai dari sekarang gratis!”
“Anda ingin bermain sepakbola di kamar makan kelas satu? Silahkan langsung saja; boleh saja dekat lampu-lampu itu!”

Namun dalam satu jam, kapal sudah akan berada di dasar samudera.

Dengan sedih, Charles Darwin, ilmuwan besar abad ke -19, menulis kepada seorang kenalannya, J.D. Hooker, pada 17 Juni 1868. Terlihat bahwa pada awal-awal hidupnya , Darwin mempunyai hubungan dengan iman Kristen, tetapi ikatan-ikatan ini semakin lama semakin longgar. Dalam suratnya terdapat pengakuan berikut ini:

“Saya gembira Anda bersama Mesias. Ada suatu hal yang ingin saya dengar kembali. Namun, saya berani mengatakan bahwa jiwa saya terlalu kering untuk menghargainya seperti hari-hari sebelumnya. Karena itu merupakan kejemuan ynag mengerikan, sebagaimana yang terus menerus saya rasakan, bahwa saya ini bagaikan daun yang layu, bagi segalanya, kecuali baggi ilmu pengetahuan.”

Kering…….. kejemuan yang mengerikan. Pasti kita lebih berharga ketimbang hal tersebut! Jiwa…. Keberadaan yang unik setiap orang, mengapa diri kita begitu berharga?

Jawaban orang Kristen ada dua. PERTAMA, kita berharga karena hak Ciptaan dan yang KEDUA karena hak Penebusan. Kita diciptakan sesuai dengan gambar Allah, lalu setelah pemberontakan kita terhadap Sang Pencipta kita ditebus oleh kasih Allah melalui Salib Yesus Kristus. Siapa diri kita? Apa jawaban-jawaban yang mengubah hidup terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut!

Titanic adalah sebuah bencana yang mengerikan dan meninggalkan kesan yang mendalam di sepanjang abad ke-20. Jika hal tersebut membuat dampak positif terhadap umat manusia, mungkin hal tersebut akan membantu banyak orang berpikir;

Jika bagian teknologi yang terbaik yang sudah kita hasilkan sedemikian rapuhnya, bagaimana dengan kita ini? Untuk apa kita berada di sini? Ada masalah apa dengan diri kita? Di manakah semuanya yang dapat bertahan lama? Bagaimana saya sebagai satu pribadi bisa mempertahankan hidup dan terus hidup?

Jangan menantikan sampai krisis pribadi menghantam kita sebelum kita menemukan jawabannya! Mereka yang selamat dari cobaan berat tanggal 15 April 1912 tersebut, tidak pernah melupakannya, suara gedebuk yang jatuh di air, hancurnya lima piano besar, dering pecahan kaca, dan raungan terakhir ketika segala sesuatu berjatuhan; barang barang pecah belah, perabot perabot, 30.000 telur, lampu-lampu Kristal, dan banyak sekali barang berharga yang ditinggalkan.

Jangan menungggu sampai krisis mendatangi anda! Yang paling penting adalah salib, yang menghadang kita dengan krisis yang pasti dan keputusan hidup kita, yang menatang kita untuk menanggapi Kristus yang sudah mati agar kita mendapatkan pengampunan dan hidup yang kekal. Peristiwa-peristiwa dahsyat di dunia yang sudah bergoncang dan terhuyung-huyung menjdai suatu pengingat atas pesan-Nya yang memberikan ketenangan: hidup seseorang, baik pria maupun wanita, tidak tergantung pada kelimpahan harta yang dimilikinya.

Satu-satunya yang kita bawa di akhir hidup kita adalah karakter kita. Apa yang terjadi kemudian? Kisah orang-orang seperti Sylvia Caldwell, Stuart Holden, dan John Harper dapat menolong kita untuk menemukan jawabannya…………….

Source: Word That Circled The World (Richard Bewes)

No comments: