SURAT KALENG BERNAMA
Pendeta Smith baru saja mendapat sepucuk surat. Ketika ia membuka amplopnya dan membaca isinya, ia terkejut mendapati bahwa pada kertas itu hanya tertulis satu kata, “Tolol.”
Hari Minggu berikutnya ia mengumumkan,”Sudah banyak orang yang menulis surat kepada saya tetapi lupa menuliskan nama pengirimnya. Tetapi Minggu ini saya menerima sepucuk surat dari seseorang yang menuliskan nama pengirimnya, tetapi lupa menulis isi suratnya.”
SALAH BERITA
Seorang Pendeta yang sedang berlibur membaca koran lokal kotanya. Ia tercengang ketika membaca berita kematiannya sendiri. Dengan perasaan terkejut yang belum hilangdan tidak kurang marahnya, ia segera menelepon editor koran itu.
“Saya menelepon anda dari tempat yang jauh dan mau membicarakan soal berita kematian saya di koran anda kemarin,” katanya dengan sangat marah.
“Oh, iya ,Pak,” sahut editor itu dengan santai. “Bagaimana keadaan di surga sana?”
MENUJU ARAH YANG SAMA
Seorang Pendeta sedang mengunjungi seorang laki-laki di penjara.
“Ketika anda asedanng dicobai mengapa anda tidak menghardiknya, “Mundurla dari padaku iblis!”?” tanya si Pendeta.
“Suda, Pak,” jawab si nara pidana, “ tetapi ibliud berkata,’Boleh saja, tetapi siapapun yang memimpin di depantidak jadi masalah, karena kita sedang menuju arah yang sama.”’
JANGAN BERBUAT DOSA LAGI, PAK PENDETA
Ketika seorang polisi lalu-lintas menghentikan Pendeta Johnson karena melebihi batas kecepatan, Pendeta itu mengingatkan si petugas, “Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan” (Matius 5:7).
Seraya menyodorkan surat tilang, polisi itu berkata, “Pergilah dan mulai sekarang jangan berbuat dosa lagi” (Yohanes 8:11).
KISAH YANG TAK BISA DIBERITAKAN
Ketika sedang berkhotbah pada acara perjamuan makan malam untuk mencari dana di suatu kota besar, seorang Pendeta tamu menceritakan beberapa anekdot yang akan diceritakannya lagi pada kebaktian esok harinya. Karena ingin mengulang lelucon-lelucon itu lagi, ia meminta para wartawan untuk tidak mencatatnya dan memasukkannya ke dalam koran mereka.
Seorang wartawan yang masih baru, dalam komentarnya tentang khotbah itu, mengakhirinya dengan kata-kata ini: “Pendeta menceritakan sejumlah kisah yang tidak bisa diberitakan”.
MARKUS 17
Pada hari Minggu pagi, pendeta Bob berkata pada jemaatnya, “Minggu depan saya akan berkhotbah tentang dosa berbohong. Untuk mempersiapkan diri, saya minta anda semua membaca Markus 17.”
Minggu berikutnya, Pendeta meminta jemaat yang sudah membaca markus 17 mengangkat tangan. Semua jemaat mengangkat tangan. Pendeta Bob tersenyum dan mengumumkan, “Nah, Markus hanya terdiri dari 16 Pasal. Jadi, sekarang saya akan memulai khotbah saya tentang dosa berbohong.”
AYAH ANDA JUGA PASTOR?
Seorang Pendeta sedag berbicara dengan seorang pastor katolik dan ingin membangun hubungan persahabatan yang erat.
Pendeta itu berbicara tentang banyak hal dan percakapan mereka berjalan dengan beik, tetapi tiba-tiba dia mengacaukan semuanya ketika dia bertanya kepada pastor itu:”Apakah ayah anda juga seorang pastor?”
JALAN KE SURGA
Pendeta Billy Graham menceritakan satu waktu di awal pelayanannya ketika ia datang ke satu kota kecil untuk berkhotbah dalam kebaktian kebangunan rohani. Karena ia ingin mengirim surat, ia menanyakan lokasi kantor pos kepada seorang anak.
Ketika anak itu sudah menunjukkan arahnya, Dr. Graham mengucapkan terima kasih dan berkata, “Kalau kamu mau datang ke kebaktian nanti malam, kamu akan mendengar saya menunjukkan jalan ke surga kepadamu.”
“Haa? Bagaimana mungkin?” jawab anak itu. “Jalan ke kantor pos saja anda tidak tahu!”
DAMPAK POLITIK
Pendeta dari Gereja kasi Karunia menelepon koran kota itu.
“Terima kasih banyak atas kesalahan yang anda buat ketika mencetak judul khotbah saya di rubrik gereja. Topik yang saya berikan adalah “Apa yang Dilihat Yesus dari Seorang Publikan (Pemungut Cukai)”. Tetapi anda menulisnya “Apa yang Dilihat Yesus dari Seorang Republikan (Anggota Partai Republik)”. Jumlah hadirin dalam kebaktian kemarin adalah yang terbanyak tahun ini”.
BOWLING
Apakah anda pernah mendengar tentang para pendeta yang membentuk tim bowling? Mereka menamai kelompok mereka “The Holy Rollers”.
KARENA AKU TELANJANG
Ketika Pendeta First Church datang ke kota, salah satu kegiatan resmi pertamanya adalah mengunjungi anggota-anggota jemaatnya. Semua berjalan dengan baik sampai ketika ia mengetuk pintu rumah Jones. Jelas terdengar ada orang di rumah, tetapi tidak ada yang membuka pintu.
Akhirnya ia mengambil kartu namanya dan menulis di belakangnya:
“Lihat Aku berdiri di muka pintu dan mengetuk; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya.(Wahyu 3:20)” Lalu sang pendeta menempelkannya di pintu.
Pada hari Minggu, kartu namanya dimasukkan ke kantong kolekte. Di bawah pesan yang ditulisnya ada catatan yang berbunyi:
“Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang: sebab itu aku bersembunyi. (Kejadian 3:10)”
SALAH MENDOAKAN
Seorang Pendeta yang baru saja ditahbiskan dihubungi oleh pemimpin pemakaman setempat untuk mengadakan kebaktian pemakaman di sebuah pekuburan kecil di desa itu. Orang yang meninggal itu tidak punya teman atau keluarga. Karena itu tidak diadakan upacara pemakaman, hanya sekadar didoakan saja.
Pendeta itu berangkat ke lokasi pekuburan cukup awal, tetapi ia terlambay dan tiba di sana terlambat setengah jam. Tidak terlihat mobil jenazah dan tidak ada pemimpin pemakaman, yang ada hanya tukang yang sedang duduk makan siang di bawah pohon. Pendeta itu mendekati sebuah kuburan yang baru digali, membuka buku doanya lalu membackan doa-doa di atas sebuah penutup di tanah itu.
Ketika ia kembali ke mobilnya, Pendeta itu mendengar seorang tukang berkata:
“Mungkin sebaiknya kita beri tahu dia bahwa itu adalah sebuah septik tank.”
SAMA CARA
Pengkhotbah kebangunan rohani berkata kepada seorang Pendeta gereja Presbiterian:
“Bagaimanapun juga, kita sama-sama melakukan pekerjaan Tuhan, anda dengan cara anda, dan saya dengan cara-Nya.”
MENCUKUR KHOTBAH
Pendeta naik ke panggung dan melangkah ke mimbar dengan plester yang menempel di dagunya:
“Saya ingin meminta maafsoal plester ini. Tadi pagi dagu saya terluka kena pisau cukur ketika saya sedang bercukur sambil memikirkan khotbah saya.”
Terdengar suara dari belakang:
“Lain kali, mengapa tidak memikirkan dagu anda dan mencukur khotbah anda?”
PENDETA VS PETANI
Pada suatu hari Minggu yang sangat dingin dan bersalju di bulan Januari hanya seorang Pendeta dan seorang petani yang hadir di gereja desa itu.
Pendeta itu berkata:
“Yah, saya kira kebaktian hari ini diliburkan saja.”
Petani itu segera menjawab:
“Sekalipun cuma ada seekor sapi di kandang, saya tetap akan memberinya makan.”
MASIH INGAT
Seorang Pendeta yang masih baru di Gereja Dry Gulch Community merasa sangat gugup ketika hendak menyampaikan khotbah pertamanya sehingga ia kurang tidur selama beberapa malam. Akibatnya, ia ,erasa sangat lelah sampai-sampai ransanya tidak sanggup berjalan ke mimbar. Untunglah ia menemukan garis besar khotbahnya dan mulai berkhotbah. Tetapi segera ia dilanda oleh kegugupan yang luar biasa sehingga ia tidak dapat mengingat rincian khotbahnya.
Ketika masih kuliah di Sekolah Alkitab, ia diajarkan bahwa kalau ia lupa semuanya, lebih baik mengulangi kalimat terakhirnya. Maka ia melakukannya. “Sesungguhnya,” katanya mengutip Wahyu 22:7, “Aku datang segera,” tetapi ia tidak dapat mengingat rincian khotbahnya. Ia mencoba sekali lagi, tetapi masih tidak dapat diingatnya apa yang harus dikatakannya selanjutnya. Dicobanya lagi, tetapi hasilnya sama saja.
Akhirnya ia berjalan ke depan mimbar sambil berseru: “Sesungguhnya Aku datang segera,” tetapi ia tersandung dan jatuh tepat di pangkuan seorang perempuan tua bertubuh kecil di barisan depan. Dengan perasaan bingung dan malu, ia bangkit berdiri, minta maaf sebesar-besarnya dan mulai menjelaskan apa yang terjadi.
“Oh, tidak apa-apa anak muda, ini sebenarnya kesalahan saya. Anda telah memperingatkan saya tiga kali bahwa anda akan datang ke sini. Seharusnya saya menyingkir dari jalan anda.”
Kata perempuan itu dengan ramah.
PENDETA: KABAR BAIK/BURUK
Baik : Pengkritik anda baru saja meninggalkan gereja anda.
Buruk : Ia diaangkat menjadi ketua panilik dalam denominasi anda.
Baik : Para diaken anda ingin mengirim anda ke Tanah Suci.
Buruk : Mereka menundanya sampai peperangan berikutnya.
Baik : Dewan pengawas akhirnya melakukan pemungutan suara untuk menambah besar tempat parkir gereja.
Buruk : Mereka akan mengasapal mengaspal halaman rumput di depan rumah dinas anda.
Baik : Dewan Penatua menerima deskripsi kerja anda seperti yang anda usulkan.
Buruk : Mereka terinspirasi oleh hal itu sehingga mereka membentuk satu tim perekrut untuk mencari seseorang yang mampu mengisi jabatan tersebut.
Baik ; Akhirnya anda menemukan pemimpin paduan suara yang cocok dengan cara kerja anda.
Buruk : Kelompok paduan suara anda memberontak.
Baik : Kaum muda di gereja anda datang ke rumah anda untuk satu kunjungan kejutan.
Buruk : Mereka datang di tengah malam, membawa kertas toilet dan krim cukur untuk mendekorasi rumah anda.
Baik : Tim softball wanita di gereja anda akhirnya memenangkan pertandingan.
Buruk : Mereka mengalahkan tim pria anda.
SAMA BOSANNYA
“Akan ada pertemuan dewan gereja sesudah kebaktian ini,” kata pendeta memberi pengumuman. Sesudah doa berkat, kelompok itu mengikuti pertemuan yang sudah ditentukan. Semua orang tampak heran ketika ada seorang tamu yang belum pernah datang ke gereja mereka bergabung.
“Saudara, apakah anda mengerti bahwa ini pertemuan dewan gereja? tanya pendeta.
“Ya, dan sesudah kebaktian tadi, saya sama bosannya* seperti kalian! jawab tamu itu.
* Dalam bahasa Inggris, kata board (dewan) sama seperti kata bored (bosan), maka orang itu berpikir akan ada pertemuan orang-orang yang merasa bosan.
PENDETA VS DIAKEN
Pendeta : “Diaken, ada seekor bagal mati di depan gereja kita.”
Diaken : “Bukankah itu tugas pendeta untuk mengurus soal kematian? Apa hubiungannya dengan saya?
Pendeta : “Anda benar, itu memang tugas saya. Tetapi kmi selalu mengabari anggota-anggota keluarga almarhum.”
HUKUMAN GANTUNG
Ketua Perekrutan Pendeta member tahu jemaat:
“Minggu depan calon Pendeta yang akan di uji adalah Pendeta Bill Johnson. Kalau anda ingin bertemu dengan pendeta-pendeta lainnya, anda dapat menemui mereka hanging)* di ruang depan.”
)*”hanging” bisa berarti ”mati di hukum gantung” atau “sedang menunggu”.
KISAH JACK & JOHN
Jack dan John yang sama-sama sudah tua pernah menjabat sebagai anggota dewan pengurus di Gereja Lutheran Raja Damai untuk jangka waktu yang lama. Mereka terus-menerus berselisih dan saling menyerang, khususnya dalam rapat dewan gereja. Kalau yang satu mengatakan “ya”, yang lain akan mengatakan “tidak”.
Pada suatu hari, jack meninggal dan tiba di pintu gerbang surga. Ia melihat bagaimana setiap orang diberi satu pertanyaan sebelum diizinkan masuk. Ketika tiba gilirannya, Rasul Petrus berkata: “Hai, Jack. Untuk melihat apakah anda layak masuk surga, anda harus mengeja kata “YESUS”
“Oh, itu mudah,” lalu ia mengeja“Y-E-S-U-S”. Petrus memuji Jack dan kemudian meminta dia membantunya:
“Gantikan saya sebentar, saya ada keperluan mendadak.”
Beberapa orang sedang menuggu di pintu gerbang, dan Jack mengajukan pertanyaan kepada mereka satu per satu:
“Dapatkah anda mengeja kata “YESUS”?”
Kemudian Jack hampir tidak dapat mempercayai apa yang dilihatnya, John ada di sana, di antrian itu.
“Apa yang sedang kamu lakukan di sini?” tanya John.
“Saya sedang menggantika Rasul Petrus sebentar, Saya menguji setiap orang untuk mengeja satu kata sebelum mereka diizinkan masuk melalui pintu gerbang.”
“Oh, ya? seru John.”Kata apa?”
Setelah berpikir sebentar, jack berkata, “Ejalah kata “Albuquerque”!”
GARA-GARA POTONGAN RAMBUT
Satu-satunya tukang cukur di kota itu dikenal karena sikapnya yang sombong dan selalu bersikap negatif. Ketika seorang pelanggannya menceritakan bahwa ia akan pergi ke Roma dan berharap dapat bertemu dengan Paus, reaksi tukang cukur itu sudah dapat ditebak.
“Kamu?” katanya. “Bertemu Paus? Jangan bikin saya tertawa. Yang bisa bertemu Paus itu Cuma raja-raja dan presiden-presiden. Mana mungkin Paus mau bertemu denganmu?”
Satu bulan kemudian pelanggan itu datang kembali untuk potong rambut. “Bagaimana dengan Roma?” Tanya tukang cukur itu.
“Wah, hebat! Saya bertemu dengan Paus!”
“Di balkonnya di St. Petr Sruare? Kamu berada di sana bersama ribuan orang?”
“Ya, tetapi kemudian dua orang pengawal kepausan datang dan mengatakan bahwa Paus ingin bertemu dengan saya dan mereka membawa saya ke apartemen Paus di Vatican.”
“Yang benar saja,” kata si tukang cukur itu. “Lalu apa yang dikatakannya?”
“Ia bertanya, “Siapa yang memotong rambut anda sejelek itu?””
RAHASIA KUDUS
Apakah anda pernah mendengar tenteng seorang penilik gereja yang mempekerjakan seorang sekretaris yang pernah bekerja di Pentagon? Segera saja sekretaris itu mengganti sitem penngarsipan gereja dengan istilah “Sacred” (Kudus) dan “TopSacred” (Maha Kudus).*
* Di pekerjaan sebelumnya ia menggunakan istilah “Secret” (Rahasia) dan “Top Secret” (Sangat Rahasia).
BUKAN SALAH SAYA
Seorang Pendeta baru mengunjungi Departemen Sekolah Minggu gerejanya. Setelah berdiri denngan tenang selama beberapa menit, ia bertanya kepada anak-anak itu:
“Siapa yang merobohkan tembok Yerikho?”
“Bukan saya Pak,” teriak Tommy.
Pendeta itu heran dan mengulangi lagi:
“Ayo, siapa yang merobohkan tembok Yerikho?”
Guru Sekolah Minggu mengajak Pendeta itu ke samping.
“Begini Pak Pendeta, Tommy itu anak yang baik. Kalau ia mengatakan bahwa ia tidak melakukannya, ia memang tidak melakukannya. Saya percaya kepadanya.”
Pendeta itu tidak mengerti maksud guru itu maka ia menceitakan hal itu kepada Direktur Pendidikan Kristen di gereja itu. Direktur itu mengerutkan keningnya.
“Saya tahu Tommy memang nakal, nanti saya akan menegur dia.”
Sekarang Pendeta itu benar-benar keheranan. Ia pergi dan mendekati seorang diaken. Sekali lagi ia menceritakan peristiwa itu, termasuk tnaggapan dari guru Sekolah Minggu dan Direktur Pendidikan Kristen.
Diaken itu mendengarkan dengan sabar dan tersenyum:
“Ya, Pak Pendeta, saya mengerti masalah anda. Tetapi saya kira, kita bias mengambil uang dari dana umum untuk biaya memperbaiki tembok itu.”
KUNJUNGAN PENILIK GEREJA
Ayah Johnny adalah seorang Pendeta di sebuah gereja kecil di Midwest. Pada suatu hsri, ia memberi Johnny bahwa seorang pemimpin gereja yang sangat penting, seorang penilik gereja, akan datang ke gereja mereka dan akan menginap di rumah mereka. Johnny kecil sangat senang karena akan bertemu dengan penilik gereja.
“Apa yang harus saya lakukan?” tanyanya.
“Tugasmu adalah mengantarkan the setiap pagi ke kamar tamu kita” jawab ayahnya.
“Apa yanng harus saya katakan?” tanya Johnny kecil.
“Bilang saja begini: “It’s the boy my, Lord it’s time to get up.”” (Ini saya, anak Pendeta tuan, sekarang sudah waktunya bangun.)
Johny kecil sangat senang. Ia menghapalkan kalimat itu dan mengulanginya berkali-kali. Akhirnya, tibalah harinya. Johnny kecil telah siap mengucapkan kalimatnya. Pagi itu secangkir the san sepiring biskuit di atas nampan diserahkan kepadanya untuk diantarkan ke kamar tamu mereka.
Sementara mengetuk pintu kamar, anak itu merasa terlalu senang sampai-sampai susunan kalimat yang telah dihapalkannya menjadi kacau. Maka, ketika akhirnya ia mengucapkan kalimat itu, bunyinya menjadi
“It’s the Lord, my boy, and your time is up.” (Ini Tuhan anakku, sekarang waktumu sudah habis.)
ANGGOTA MISI RAHASIA
Diaken Roberts jarang mengikuti kebaktian pagi pada hari Minggu. Suatu kali ketika ia dating ke gereja, di depan pintu Pendeta mengulurkan tangan dan menjabat tangannya.
“Omong-omong diaken , anda perlu bergabung dengan pasukan tentara Allah.”
“Saya sudah bergabung dengan pasukan tentara Allah, pak Pendeta.”
“Lalu ,mengapa saya melihat anda hanya pada waktu Natal dan Paskah saja?”
Diaken Roberts berbisik: “Saya anggota misi rahasia.”
DIAKEN YANG TAK PEKA
Ada seorang pengkhotbah muda energik yang menyampaikan khotbahnya dengan sangat berapi-api. Di gereja itu, ada seorang diaken yang sangat malas dan tidak peka. Pendeta muda tadi sering menyerang diaken itu dalam khotbahnya, tapi diaken tua itu tak pernah mengerti. Ia selalu berpikir bahwa Pendeta itu sedang berkhotbah tentang orang lain.
Pada suatu Minggu pagi, pendeta berkhotbah dengan sangat jelas. Sehabis kebaktian, diaken itu berkata:
“Pak Pendeta, khotbah anda tadi kena kepada mereka.’Minggu berikutnya reaksinya sama saja.
Pada Minggu ke tiga, Pendeta itu bahkan lebih berterus-terang. Sekali lagi diaken itu berkata dengan antusias:
“Pak Pendeta, khotbah anda kena lagi kepada mereka.”
Hari minggu yang keempat, hujan turun sangat deras sehingga tidak ada orang yang dating ke gereja kecuali Pendeta dan diaken itu. Pendeta itu berpikir, ini kesempatan baik untuk “menembak” diaken itu. Setelah berkhotbah yang keras dan berapi-api selama tiga puluh menit dan nyanyian penutup, pendeta berjalan ke depan pintu untuk menyalami jemaatnya yang hanya satu orang.
Ketika diaken itu berjalan ke luar dan menyalami Pendetanya, ia berkata:
“Pak Pendeta, khotbah anda benar-benar kena kepada mereka seandainya mereka tadi ada di sini!”
No comments:
Post a Comment