Ketika cinta memanggilmu, ikutlah dengannya, meskipun jalan yang harus kau tempuh keras dan terjal.
Ketika sayap-sayapnya merengkuhmu, serahkan dirimu padanya meskipun pedang-pedang yang ada di balik sayap-sayap itu mungkin melukaimu.
Dan jika ia bicara padamu, percayalah meskipun suaranya akan membuyarkan mimpi-mimpimu bagaikan angin utara yang memporak-porandakan pertamanan. Cinta akan memahkotai dan menyalibmu, menumbuhkan dan memangkasmu, mengangkatmu naik, membelai ujung-ujung rantingmu yang gemulai dan membawanya ke matahari. Tapi cinta juga akan mencengkeram, menggoyang akar-akarmu hingga tercabut dari bumi.
Bagai seikat gandum ia satukan dirimu dengan dirinya. Menebahmu hingga kau telanjang. Menggerusmu agar kau terbebas dari kulit luarmu. Menggilasmu untuk memutihkan. Melumatmu hingga kau jadi liat, kemudian ia membawamu ke dalam api sucinya, hingga engkau jadi roti suci perjamuan kudus bagi TUHAN.
Semua dilakukan cinta untukmu hingga kau mengetahui rahasia hatimu sendiri, dan dalam pengetahuan itu kau akan menjadi bagian dari hati kehidupan. Cinta tidak memberi apapun kecuali dirinya sendiri. Cinta juga tidak meminta apapun selain cinta itu sendiri. Ia tidak memiliki dan tidak dimiliki. Karena cinta itu untuk cinta.
Ketika engkau mencintai jangan engkau berkata: “TUHAN ada di dalam hatiku” tapi katakanlah: “Aku ada di dalam hati TUHAN.” Dan jangan berpikir engkau dapat memilih jalan sendiri karena cinta, sebab jika ia berkenan maka dialah yang akan mengarahkan jalanmu.
Cinta tak pernah berhasrat selain pemenuhan dirinya. Namun jika engkau harus mencintai dan harus memiliki hasrat, biarlah ini yang menjadi hasratmu: Mengetahui sakitnya rasa kelembutan, bahkan berdarah dengan ikhlas penuh sukacita, maka berdoalah di malam hari ketika engkau berbaring dengan bibirmu menyenandungkan cinta dan sebait lagu pujian menghiasi bibirmu.
(Kahlil Gibran)
No comments:
Post a Comment