Tuesday, July 14, 2009

BERTINDAK DALAM KEPUTUSAN ALLAH


Bertindak dalam keputusan Allah
Miliki keberanian untuk menerima keputusan Allah.

“… engkau tidak akan mendirikan rumah bagi nama-KU.. (I Taw 22: 8b)

“Banyak rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana” (Amsal 19:21)

Adalah bijaksana apabila seseorang memulai kehidupannya dengan terlebih dahulu merancangkan apa yang dianggap baik bagi hidup dan masa depannya. Dan sudah dapat dipastikan bahwa rancangan yang dibuat telah melewati beberapa pertimbangan, sebelum kemudian menjadi sebuah keputusan yang siap untuk dijalankan.

Raja Daud pernah memiliki keinginan hati dan merancangkan untuk mendirikan rumah bagi Tuhan tempat dimana Allah akan berdiam. Dan yang diinginkannya adalah, rumah tersebut haruslah luar biasa besarnya, sehingga menjadi kenamaan dan termasyhur di segala negeri (I Taw 17:1-15, 22:5). Namun apa jawab Tuhan terhadap keinginan hatinya tersebut? “… engkau tidak akan mendirikan rumah bagi nama-KU.. (I Taw 22: 8b) Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian, salah seorang anakmu sendiri,… dialah yang akan mendirikan rumah bagi-Ku…” (I Taw 17:11-12).

Raja Daud memiliki rancangan hati yang mulia. Dan jika saja itu bisa terjadi, maka semakin termasyurlah namanya karena pada zaman pemerintahannya telah berdiri sebuah rumah Tuhan yang megah dan ternama diantara seluruh bangsa. Tetapi ternyata bukan yang diinginkan hatinya yang terjadi tetapi apa yang diputuskan Tuhan, itulah yang harus terjadi.

Raja Daud menerima keputusan Allah itu tanpa protes. Bahkan dia mulai bertindak didalamnya dengan menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk pembangunan Rumah Allah tersebut. Segalanya dipersiapkan dengan baik, dan apa yang diberikan adalah segala yang terbaik dari apa yang dimilikinya. Pasal 29:3 “ Lagi pula oleh karena cintaku kepada rumah Allahku, maka sebagai tambahan pada segala yang telah ku sediakan bagi rumah kudus, aku dengan ini memberikan kepada rumah Allah-ku dari emas dan perak kepunyaanku sendiri…”.

Mungkin akan sangat manusiawi jika Raja Daud mengambil sikap untuk tidak lagi peduli terhadap pembangunan rumah Allah itu dan membiarkan generasi anaknyalah yang akan mempersiapkan segalanya. Bukankah Allah yang telah memutuskan bahwa anaknyalah yang akan melakukan hal itu, jadi sudah pasti Allah akan menyertai tanpa harus dibantu oleh Raja Daud. Jika kita membaca secara keseluruhan I Taw pasal 22, 28 dan 29, kita akan menemukan inti dari renungan ini, yaitu bagaimana Raja Daud sanggup untuk menerima keputusan Allah dan bagaimana ketulusan hatinya untuk tetap memberikan yang terbaik bagi Tuhan, disaat Tuhan telah “menggagalkan” apa yang menjadi rancangan hatinya.

Raja Daud tidak kecewa ketika apa yang menjadi rancangan hatinya tidak terlaksana. Tetapi dia menerima keputusan Allah dan bertindak dalam keputusan itu, kemudian berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi Tuhan (I Taw 29:2).Sangat berbeda dengan apa yang terjadi dengan Raja Saul. Karena ketidaktaatannya kepada Allah maka Allah menolak dia sebagai raja atas Israel (I Samuel 15: 23, 26). Dan Allah memutuskan untuk mencabutnya sebagai raja bangsa Israel dan memberikan jabatan itu kepada Daud (I Samuel 16:1). Saul tidak menerima keputusan itu dan mulai membenci Daud (I Samuel 18: 8-9) bahkan berusaha untuk membunuhnya.

Menerima keputusan Allah untuk dijalankan dalam kehidupan kita, terkadang terasa sangat berat. Apalagi jika hal itu tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Namun kita harus memiliki keberanian untuk percaya bahwa Allah yang merancangkan kehidupan kita mengetahui apa yang terbaik bagi kita.Raja Daud sama sekali tidak melihat hasil dari apa yang dilakukannya. Karena ketika dia sudah meninggal, barulah pembangunan rumah Allah itu dilaksanakan (II Taw 3-4). Bahkan ketika kemuliaan Allah dinyatakan secara luar biasa dalam bait Allah itu pun, dia tidak menyaksikannya. Tetapi apa yang dibuat oleh Raja Daud dalam persiapan pembangunan telah menghasilkan hal yang luar biasa, dan Allah berkenan dengan menyatakan kemuliaan-Nya pada saat pentahbisan Bait Suci itu . (II Taw 5:1-14)

Jangan kecewa apabila rancangan hatimu di”gagalkan” dengan keputusan Allah. Miliki keberanian untuk menjalankan keputusan itu dan berikanlah yang terbaik bagi Dia. Maka Allah akan menyatakan kemuliaannya dalam kehidupanmu sehingga engkau akan melihat bahwa sesungguhnya yang diputuskan Allah itulah yang terbaik. (PN)

From; renungan. com (
09-05-07, 20.00 WIB oleh Paula)

No comments: