PROBLEM SOLVING
PENDAHULUAN
Irama hidup manusia itu adalah masalah (problem) . Seseorang tidak dapat dikatakan hidup, bila tidak pernah menghadapi masalah. Siapa pun orangnya, tidak akan bisa luput dari masalah. Dari Nabi Adam AS hingga Nabi Muhammad SAW, timpa-bertimpa masalah yang harus diselesaikannya. Namun, dengan kiat-kiat khusus, para utusan Allah itu berhasil menyelesaikan (to solve) masalah-masalah yang dihadapi.
Dengan demikian, kita haruslah menyadari bahwa hidup dan kehidupan kita berhiaskan masalah, baik masalah yang datang dari diri kita sendiri mau-pun masalah yang datang dari luar kita. Hidup adalah masalah. Masalah adalah jarak antara keinginan dan kenyataan yang dihadapi saat ini. Masalah adalah suatu keadaan yang tidak sesuai dengan harapan yang kita inginkan. Kemam-puan kita mempertemukan keinginan dan kenyataan, itulah yang dinamakan dengan memecahkan masalah .
Pemecahan masalah (problem solving) dapat didefenisikan sebagai suatu proses penghilangan perbedaan atau ketidaksesuaian yang terjadi antara hasil yang diperoleh dan hasil yang diinginkan. Salah satu bagian dari proses peme-cahan masalah adalah pengambilan keputusan (decision making) yang didefe-nisikan sebagai memilih solusi terbaik dari sejumlah alternatif yang tersedia. Pengambilan keputusan yang tidak tepat akan mempengaruhi kualitas hasil pemecahan masalah yang dilakukan.
Kemampuan untuk melakukan pemecahan masalah adalah keteram-pilan yang dibutuhkan oleh hampir semua orang dalam aspek kehidupannya. Akan tetapi, keterampilan ini menjadi lebih penting lagi perannya, bila dikait-kan dengan posisi seorang pemimpin yang melaksanakan tugas-tugas kepemim-pinannya dalam suatu organisasi. Pimpinan yang mampu menyelesaikan masa-lah organisasinya dengan tepat dan benar, dipastikan akan dapat mengambil keputusan yang tepat untuk memperlancar kepemimpinannya.
Beragam teori tentang pemecahan masalah telah dihasilkan oleh banyak pakar dan ahli manajemen. Akan tetapi, dari sederetan teori tersebut, metode pemecahan masalah secara analitis dipandang sebagai teori yang ‘mempan’ untuk beragam kondisi dan suasana organisasi. Metode ini adalah salah satu pendekatan pemecahan masalah yang sering dilakukan, serta bisa meningkat-kan kualitas individu. Dengan menggunakan metode ini, seseorang dituntut untuk bisa lebih kreatif dalam menganalisa sebuah permasalahan. Kendatipun demikian, keberhasilan metode ini sangat bergantung kepada kepiawaian indi-vidu atau pemimpin yang terlibat dalam masalah yang hendak diselesaikan itu.
1. LANGKAH-LANGKAH PEMECAHAN MASALAH
Dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi, terutama dalam kepe-mimpinan sebuah organisasi, ada beberapa langkah yang harus dilalui, yaitu :
1. Menganalisa Masalah
Pada bagian ini, kita dituntut untuk bisa menganalisa atau melakukan diagnosa terhadap sebuah masalah, kejadian, peristiwa atau situasi supaya kita bisa fokus pada masalah yang sebenarnya. Seringkali orang dalam mela-kukan pemecahan masalah terjebak pada gejala-gejala yang timbul dari masalah tersebut.
Agar kita bisa memfokuskan perhatian kita pada masalah sebenarnya, dan bukan pada gejala-gejala yang muncul, maka dalam proses mendefenisi-kan suatu masalah, diperlukan upaya mencari informasi yang diperlukan sebanyak-banyaknya. Dengan demikian diharapkan, kita bisa mendefensi-kan masalahnya dengan tepat dan benar.
Berikut ini adalah beberapa karakteristik dari pendefenisian masalah yang baik :
1. Fakta dipisahkan dari opini atau spekulasi. Data objektif harus dipisah-kan dari persepsi.
2. Semua pihak yang terlibat diperlukan sebagai sumber informasi.
3. Masalah harus dinyatakan secara tegas. Hal ini seringkali dapat meng-hindarkan kita dari pembuatan defenisi yang tidak jelas.
4. Defenisi yang dibuat harus menyatakan dengan jelas adanya ketidak-sesuaian antara standar atau harapan yang telah ditetapkan sebelumnya dan kenyataan yang terjadi.
5. Defenisi yang dibuat harus menyatakan dengan jelas pihak-pihak yang terkait atau berkepentingan dengan terjadinya masalah itu.
2. Membuat Alternatif Pemecahan Masalah
Setelah kita berhasil mendiagnosa masalah tersebut dengan tepat dan benar, langkah berikutnya yang harus dilakukan adalah membuat sejumlah alternatif pemecahan masalah. Pada tahap ini, kita diharapkan dapat memi-lih hanya satu solusi, sebelum alternatif solusi-solusi yang ada diusulkan. Dengan memilih satu solusi masalah yang ditawarkan akan menjadikan kualitas pemecahan masalah lebih efektif dan efesien.
Ada beberapa karakteristik pembuatan masalah yang harus diperha-tikan, yakni :
a. Semua alternatif yang ada sebaiknya diusulkan dan dikemukakan terle-bih dahulu sebelum kemudian dilakukan evaluasi.
b. Alternatif-alternatif yang ada, diusulkan oleh semua orang yang terlibat dalam penyelesaian masalah. Semakin banyak orang yang mengusulkan alternatif, semakin bagus pula untuk meningkatkan kualitas solusi dan penerimaan kelompok.
c. Alternatif-alternatif yang diusulkan harus sejalan dengan tujuan atau kebijakan organisasi. Kritik dapat menjadi penghambat, baik terhadap proses organisasi maupun proses pembuatan alternatif pemecahan masalah.
d. Alternatif-alternatif yang diusulkan perlu mempertimbangkan konse-kuensi yang muncul dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
e. Alternatif-alternatif yang ada saling melengkapi satu dengan yang lain. Gagasan yang kurang menarik, bisa menjadi gagasan yang menarik bila dikombinasikan dengan gagasan-gagasan lainnya.
f. Alternatif yang diusulkan harus dapat menyelesaikan masalah yang telah didefenisikan dengan baik. Masalah lainnya yang muncul, mungkin juga penting. Namun dapat diabaikan bila tidak secara langsung mempenga-ruhi pemecahan masalah utama yang sedang terjadi.
3. Mengevaluasi Alternatif-alternatif
Setelah kita berhasil mengenali karakteristik pembuatan alternatif tersebut di atas, kita perlu pula untuk mengevaluasi alternatif-alternatif pemecahan masalah yang telah diambil. Pada tahap ini, kita dituntut untuk berhati-hati memberikan penilaian keuntungan dan kerugian terhadap alternatif-alternatif yang diambil. Agar kita tidak terjebak pada kesalahan dalam penentuan solusian atau pemecahan masalah, maka pada tahap evaluasi ini kita harus memperhatikan :
1. Tingkat kemungkinannya untuk dapat menyelesaikan masalah tanpa menyebabkan terjadinya masalah lain yang tidak diperkirakan sebelum-nya.
2. Tingkat penerimaan dari semua orang yang terlibat di dalamnya.
3. Tingkat kemungkinan penerapannya.
Berikut ini adalah karakteristik-karakteristik dari evaluasi alternatif pemecahan masalah yang baik :
a. Alternatif-alternatif yang ada dinilai secara relatif berdasarkan suatu standar yang optimal, bukan sekadar standar yang memuaskan.
b. Penilaian terhadap alternatif-alternatif yang ada dilakukan secara siste-matis, sehingga semua alternatif yang diusulkan akan dipertimbangkan.
c. Alternatif-alternatif yang ada dinilai berdasarkan kesesuaiannya dengan tujuan organisasi dan mempertimbangan pandangan-pandangan dari orang lain yang terlibat di dalamnya.
d. Alternatif-alternatif yang ada dinilai berdasarkan dampak yang mung-kin ditimbulkannya, baik secara langsung maupun tidak langsung.
e. Alternatif yang paling dipilih dinyatakan secara tegas.
4. Rencana Tindak Lanjut
Yang harus dilakukan selanjutnya adalah penerapan solusi yang telah kita pilih pada bagian pencarian alternatif pemecahan masalah. Pada bagian ini, seorang penentu kebijakan harus peka pada keadaan yang mungkin timbul terhadap solusi yang dijalankan, karena bagaimana pun, setiap solusi yang ditawarkan selalu ada titik balik yang kemungkinan ada reaksi negatif.
Berikut ini adalah karakteristik dari penerapan dan rencana tindak lanjut yang efektif :
1. Penerapan solusi dilakukan pada saat yang tepat dan dalam urutan yang benar. Penerapan tidak mengabaikan faktor-faktor yang membatasi dan tidak akan terjadi sebelum tahap 1, 2, dan 3 dalam proses pemecahan masalah dilakukan.
2. Penerapan solusi dilakukan dengan menggunakan strategi “sedikit demi sedikit” dengan tujuan meminimalkan terjadinya perlawanan dan me-ningkatkan dukungan.
3. Proses penerapan solusi meliputi juga proses pemberian umpan balik. Berhasil tidaknya penerapan solusi, haris dikomunikasikan, sehingga terhadi proses pertukaran informasi.
4. Keterlibatan dari orang-orang yang akan terkena dampak dari penera-pan solusi dianjurkan dengan tujuan untuk membangun dukungan dan komitmen.
5. Adanya sistem monitoring yang dapat memantau penerapan solusi secara berkesinambungan.
6. Penilaian terhadap keberhasilan penerapan solusi berdasarkan atas terselesaikannya masalah yang dihadapi, bukan karena adanya manfaat lain yang diperoleh dengan adanya penerapan solusi ini. Sebuah solusi tidak dapat dianggap berhasil bila masalah yang menjadi pertimbangan yang utama tidak terselesaikan dengan baik, walaupun mungkin muncul dampak positif lainnya.
1. MEMANAJEMEN PEMECAHAN MASALAH
Menghadapi masalah dan memecahkannya secara berulang-ulang, dapat menjadikan kita dewasa dan memiliki filosofis hidup. Kekuatan filosofis kehi-dupan adalah sejauhmana kita bisa mene-mukan tujuan hakiki hidup ini.
Salah satu pendekatan yang kerap digunakan dalam memanajemen peme-cahan masalah adalah dengan menggunakan kiat terobosan (breaktrough oriented). Keahlian dalam terobosan ini tidak dalam bentuk proses bertahap, tetapi lebih kepada penggunaan Tujuh Kerangka Berpikir, sebagai berikut :
1. Originalitas dan Kemandirian
Pendekatan originalitas dan kemandirian ini menjadi dasar agar tidak selalu bertitik tolak pada permasalah biasa, tetapi masuk pada kondisi untuk mencari sesuatu yang baru dalam pemecahan masalah.
2. Menentukan Target
Menentukan target yang tepat dan berkonsentrasi kepadanya dengan menyortir kegiatan-kegiatan yang berhubungan langsung dengan target tersebut.
3. Memecahkan Masalah Berulang-ulang
Membuat model permasalahan yang terjadi, melakukan simulasi terhadapnya, dan mencoba model tersebut kepada permasalahan yang lain, lalu mensimulasinya kembali secara berulang-ulang, sehingga jawaban dari permasalahan yang terjadi memiliki sifat stabil.
4. Memiliki Sistem Khusus
Keberhasilan memecahkan suatu masalah akan memunculkan masa-lah lain. Hal ini karena satu masalah yang kita hadapi adalah bagian dari sistem permasalahan yang integeral, sehingga diperlukan sistem pemecahan masalah yang mencakup keleluasaan elemen dan dimensi permasalahan yang sedang dihadapi.
5. Mengumpulkan Informasi yang Akurat
Informasi yang akurat menentukan keberhasilan pemecahan masa-lah. Ini termasuk keahlian dalam mencari sumber informasi dan meracik berbagai informasi yang didapatkan.
6. Orientasi kepada Orang Lain
Pemecahan suatu masalah harus bersifat universal, sehingga setiap orang yang memiliki permasalahan yang sama bisa memecahkan masalah dengan menggunakan pendekatan yang pernah dilakukan pendahulunya.
7. Memperbaiki Jadwal dan Program Kerja
Kunci dalam memecahkan masalah yaitu menentukan tujuan atau target yang lebh besar, lalu menentukan pembaharuan sebagai antisipasi kemungkinan terjadinya masalah baru, lalu melakukan semua itu dengan keyakinan dan manajemen yang baik.
1. PENUTUP
Demikianlah penyajian materi Problem Solving yang bisa dikemukakan pada kesempatan, semoga mendatangkan manfaat dan dapat dipraktek-kan dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam memajukan organi-sasi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah di Tanah Datar. Selamat bekerja, selamat berkarya.*
Legal problem solving' kasus korupsi
(Suatu wawasan buat penegak hukum)
Oleh John Bernando Seran *
SESUAI catatan saya, sejak Januari sampai Mei 2007, Pos Kupang telah sangat
spektakuler memberitakan berbagai kasus korupsi yang terjadi di wilayah hukum
Nusa Tenggara Timur. Dari berbagai kasus tersebut tergambar dengan jelas
bahwamodus operandi terjadinya berbagai kasus tersebut beraneka ragam, dari
yang paling canggih seperti penggelapan uang bencana alam dan money politics
dalam proses pilkada sampai pada bentuk korupsi yang paling realitas seperti
mark up, penentuan jabatan negara dan upaya-upaya ilegal untuk mendapatkan
proyek pemerintah serta penggunaan SPPD yang tidak tepat.
Realitas menunjukkan dari berbagai kasus korupsi yang ditangani aparat penegak
hukum tersebut, tampaknya prosesnya hanya bergerak dalam tataran
mengidentifikasi masalah-masalah hukum, pengumpulan fakta hukum dan penemuan
hukum yang relevan dengan masalah-masalah hukum, tetapi tidak menunjukkan
kecenderungan pada tataran penyelesaian masalah hukum (legal problem solving)
yang seyogyanya kalau itu dilakukan dapat memberikan suatu kepastian hukum bagi
masyarakat yang terus menerus menginginkan terciptanya tataran kehidupan yang
teratur, damai dan harmonis.
Menghadapi realitas tersebut di atas, muncul pertanyaan klasik di kalangan
masyarakat seperti : mengapa kasus korupsi di NTT terus bermunculan, sulit
diberantas dan mengapa selalu tidak ada penyelesaian yang tuntas dalam arti
proses penanganannya oleh penegak hukum seperti berita acara pemeriksaan (BAP)
yang dibuat penyidik dihasilkan dengan sangat tidak fair (unfair) sehingga
jaksa selalu terlambat dapat menyusun suatu requisitoir (tuntutan) yang dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum serta hakim selalu ragu dalam memberikan
suatu putusan yang berkekuatan hukum tetap (in krakht van gewisjde). Dengan
demikian salah satu tujuan hukum untuk dapat memberikan efek jera dan menjadi
momentumpembelajaran hukum bagi pelaku tindak pidana dan masyarakat pada
umumnya tak kunjung tampak.
Uraian berikut ini setidaknya dapat memberikan gambaran dan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas sekaligus dapat menjadi alternatif
menambah wawasan bagi aparat penegak hukum dalam upaya menjadikan hukum sebagai
rujukan (term of reference) dalam berkata-kata, bertingkah laku dan
berkomunikasi dan dalam pengambilan keputusan hukum.
Dalam teori hukum umum (Algemeine Rechtslehre) yang dikembangkan pada abad 19
di Eropa oleh Rudolf Stainberg dan filosof John Austin dari Inggris,
penyelesaian masalah atau sengketa hukum (legal problem solving) selalu
didasarkan pada teori pertanggungjawaban (imputentie theory) yang senantiasa
menggunakan metode multy disipliner dalam menangani berbagai persoalan hukum.
Dalam menghadapi masalah-masalah hukum menurut teori ini, kepentingan umum
menjadi indikator utama dalam memecahkan dan menyelesaikan persoalan-persoalan
hukum.
Dalam tataran ini mestinya penegak hukum senantiasa menjadikan teori imputati
sebagai pegangan utama ketika berhadapan dengan kasus-kasus korupsi. Dengan
demikian kasus-kasus korupsi baik yang masuk 'Korupsi Kekuasaan', yaitu
perbuatan yang mencederai kesejahteraan rakyat (bedreiging een aan tasting van
net welzijn van de bevolking) maupun 'Korupsi Konvensional' (perbuatan yang
merugikan keuangan negara untuk kepentingan diri sendiri atau kelompok) dapat
ditangani secara bertanggung jawab dan senantiasa memberi kepastian hukum,
keadilan dan kemanfaatan hukum bagi pelaku korupsi maupun masyarakat dan
penegak hukum sendiri. Dalam mengelaborasi 'imputation theory' tersebutaparat
penegak hukum selain harus selalu menggunakan interpretasi hukum juga
diharapkan dapat menggunakan metode penalaran (konstruksi hukum) berupa
analogi, penghalusan hukum (rechtvervijning) dan argumentum a contrario (baca
Prof. Dr. Philipus M Hadjon, tentang 'Argumentasi Hukum') sehingga semua kasus
yang dihadapi dapat dibuatkan legal opinion untuk kepentingan perumusan fakta
hukum, isu hukum, analisis dan konklusi yang komprehensif, dan dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah dalam tataran hukum.
Dalam konteks kinerja aparat penegak hukum di NTT yang tidak maksimal kita
dapat mencatat beberapa fakta sebagai indikator, seperti berlarut-larutnya
proses penanganan kasus korupsi (kasus mark up gaji DPRD Belu periode 1999 -
2004) yang sudah ditangai aparat penyidik Polres Belu dan Kejaksaan Negeri
Atambua empat tahun lalu sampai saat ini tenggelam bagai ditelan bumi tanpa
suatu kejelasan kasusnya, sementara mereka yang terlibat masih tetap menyandang
status sebagai tersangka.
Selain itu indikator lain yang juga menunjuk kinerja aparat yang tidak maksinal
seperti tuntutan jaksa yang ditolak 100 persen dalam proses persidangan dimana
putusan hakim membebaskan terdakwa (vide putusan bebas yang diberikan pada
mantan Kapolres Manggarai, Boni Tompoi), dan juga penghentian penyidikan bagi
kasus korupsi yang melibatkan anggota DPRD hanya karena ada judicial review
terhadap PP 110/2000 mengindikasikan aparat penegak hukum kita tidak secara
berani membuat terobosan dalam menerapkan hukum khusus dalam perkara korupsi,
padahal kasus korupsi adalah kejahatan yang dikategorikan sebagai
'extraordinary crime'.
Untuk dapat menyelesaikan kasus-kasus hukum, utamanya kasus korupsi dengan baik
dan bertanggung jawab, beberapa alternatif jalan keluar dapat dikemukakan
berikut ini. Pertama, para penegak hukum dan tentunya juga masyarakat pencari
keadilan harus memiliki rujukan (term of reference) yang sama tentang regulasi
yang digunakan dalam memroses suatu tindak pidana (Strafbaar Feit) korupsi yag
masuk dalam lapangan kajian hukum pidana khusus, yaitu hukum material seperti
UU 31/1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi yang diubah dengan UU
No. 20/2001 tentang perubahan UU No 31/1999 dan hukum formil seperti KUHAP yang
diatur dalam UU No. 8/1981. Kejelasan rujukan ini sangat penting agar tercipta
suatu pemahaman, penafsiran dan upaya pemecahan masalah hukum yang transparan,
dapat dikontrol elemen-elemen masyarakat demi terciptanya rasa keadilan,
kepastian dan kemanfaatan hukum itu sendiri. Dalam tataran ini sering terjadi
kemandekan dalam proses penyelesaian BAP yang dibuat penyidik dengan tahapan
pembuatan requisitoir (tuntutan) jaksa sehingga proses penanganannya pun
terkesan diulur-ulur, tidak pasti dan cenderung digunakan oleh otoritas untuk
kepentingan-kepentingan yang tidak produktif dalam upaya menjadikan hukum
sebagai patokan semua kegiatan kemasyarakatan.
Menurut teori hukum, legal problem solving dalam tataran ini adalah dengan
menerbitkan surat penghentian penyidikan dan atau penghentian penuntutan
perkara sebagaimana telah diatur dalam KUHAP. Dengan demikian selain ada
kepastian hukum dan tidak terkesan adanya penghancuran karakter bagi para
tersangka semata. Penyidik jika telah dengan tegas dan berani memulai proses
kasus korupsi karena adanya bukti permulaan(prima fatie evident) yang kuat
harus berani pula memastikan prosesnya apakah berlanjut atau dapat dihentikan
jika ternyata secara legal tidak dapat dilanjutkan kendati dalam tataran ini
pula persoalan HAM dapat diperdebatkan lagi.
Kedua, diperlukan suatu kemampuan akademik dan keterampilan praktis bagi aparat
penyidik kasus korupsi agar tidak terjadi ketidakpastian dalam proses dan
tahapan penanganan masalahnya dari tahapan pengumpulan fakta berdasarkan alat
bukti sampai pada tahapan klasifikasi hakekat permasalahan hukum untuk
membedakannya atas hukum publik dan hukum privat serta tahapan identifikasi dan
pemilihan isu hukum yang relevan untuk dapat menetapkan unsur-unsur pidana dan
bahkan dalam tahapan penemuan hukum yang tepat untuk kasus yang ditangani serta
penerapan hukum yang dapat memberi kepastian dalam prosesnya. (Prof. Dr.
Philipus M. Hadjon, SH "Langkah-langkah Analisis Hukum", hal. 40-44).
Kapasitas keilmuan dan teknis ini diperlukan karena selain Hukum Pembuktian
Tindak Pidana Korupsi diyakini sangat sulit (baca lebih lanjut buku "Hukum
Pembuktian Tindak Pidana Korupsi", Drs. Adam Ghazawi, SH) juga karena modus
operandinya melibatkan suatu sindikasi yang rumit dan di-back up struktur
kekuasaan politik ekonomi yang kuat dan berlapis sehingga korupsi sering tidak
dapat dijangkau oleh hukum (Untouchable by Law-Edward Shils, 1981, 32).
Dalam konteks inilah sebetulnya menurut Prof. Dr. Sadjipto Rahardjo, SH, dalam
memberantas korupsi, aparat penegak hukum harus bisa berpikir luar biasa dengan
mematahkan aturan lama (rule breaking) dan membuat aturan baru (rule making)
dan membebaskan diri dari konsep, doktrin serta asas-asas klasik konvensional
seperti non retroaktif danpersumption of innocence.
Ketiga, bahwa dalam konteks 'politik hukum' perlu sekali dipertimbangkan
penerapan asas pembuktian terbalik (omkering van de bewijslast) dimana terdakwa
juga harus dapat membuktikan dalam proses hukum bahwa ia tidak dapat diproses
sebagai pelaku tindak pidana (Pasal 37 UU No. 31/1999). Penerapan asas ini
diperlukan agar selain dapat memberi ruang yang memadai bagi setiap orang untuk
dapat mendapatkan keadilan yang seadil-adilnya, juga agar dapat mempermudah
proses pembuktian tindak pidana korupsi karena telah menjadi antinomi dimana
tuntutan akan keadilan dalam masyarakat selalu bentrok dengan tuntutan untuk
kepastian hukum dimana keadaan ini oleh Van Apeldoorn dikenal dengan istilah
summum ius, summa iniuria (keadilan yang tertinggi adalah ketidakadilan yang
tertinggi).
Ada pun penerapan asas ini secara formil tidaklah mudah dilakukan karena sistem
hukum yang kita anut yaitu Eropa Kontinental yang tidak memberi ruang untuk
itu, tetapi sebetulnya dapat dilakukan dalam tataran secara material dalam
proses persidangan dimana seorang terdakwa dapat memberi keterangan yang
sekaligus membuktikan bahwa ia tidak dapat disangka sebagai seorang koruptor.
Jalan keluar atau terobosan ini diperlukan dalam penerapan dan interpretasi
hukum menyusul adanya putusan Mahkamah Konstitusi No 003/PUU-IV/2006 yang
menyatakan ketentuan penjelasan pasal 2 ayat (1) UU pemberantasan tindak pidana
korupsi perihal sifat melawan hukum material yang tidak mengikat secara hukum.
* Penulis,
kandidat Doktor Ilmu Hukum UGM Yogyakarta
One Day Workshop
Easy Method to Problem Solving
( Cara pemecahan masalah dan membuat keputusan )
Tanggal 24-25 November 2008 di Hotel/ JaCC Tanabang
Ketika dihadapkan suatu masalah kita berpikir dan bertanya pada diri sendiri maupun anggota tim bahwa kita pernah memecahkan masalah yang sama dahulu tetapi tetap merasa sulit untuk mencari solusi untuk masalah yang sama kali ini. Jika ini pernah terjadi maka betapa tidak efektifnya bila lagi-lagi kita mencurahkan waktu dan upaya pada proyek yang sama.
Permasalahan muncul sewaktu-waktu. Asumsi yang mendasarinya pun berubah setiap saat. Barangkali solusi kita dahulu hanya suatu quick fix, hanya merupakan solusi sementara yang tidak memecahkan masalah secara permanen.
Pelatihan ini akan membantu anda karena didalamnya diajarkan pendekatan yang sudah teruji untuk memecahkan masalah. Model Pemecahan Masalah Enam Langkah yang mengikuti jalan yang logis, dimulai dengan mengidentifikasikan masalah secara jelas dan menuju kepada suatu rencana tindakan untuk memecahkan.
Materi yang disajikan dalam pelatihan ini bisa digunakan sebagai pedoman untuk memecahkan masalah secara sistematis. Pelatihan ini akan melatih Anda untuk menempuh seluruh dasar pemecahan masalah dan membantu untuk memastikan objektivitas. Selain itu, seluruh materi dalam pelatihan ini bisa berfungsi sebagai alat bantu agar Anda berhasil memanajemeni orang dalam suatu tim pemecahan masalah.
A. Tujuan dan Manfaat Pelatihan
1. Memahami dasar pemecahan masalah secara sistematis
2. Meningkatkan ketrampilan untuk memecahkan masalah dan membuat keputusan.
3. Menjadikan kinerja organisasi lebih efektif dan efisien dengan pemecahan solusi yang tepat
4. Tujuan:
5. • Melatih kecerdasan dan kreativitas dalam memecahkan persoalan
6. • Membangun kerja sama kelompok dalam menyelesaikan suatu masalah
7. • Mengasah kebijaksanaan dalam mengambil keputusan atau pilihan
8. • Meningkatkan ketajaman melihat medan atau persoalan
9. • Meningkatkan keberanian berpendapat dan berinisiatif
10. • Membangun habitus bermusyawarah atau diskusi bersama
11. Refleksi:
12. Allah menganugerahkan akal budi kepada manusia. Akal budi ini memampukan manusia untuk memiliki kebebasan sekaligus kemampuan untuk mengambil pilihan atau keputusan. Sementara itu, hidup manusia adalah hidup penuh permasalahan dan kesulitan. Akal budi manusia berfungsi untuk memecahkan segala persoalan yang ada dengan mencari solusi yang tepat dan mengambil keputusan bijaksana yang dapat dipertanggungjawabkan.
13. Oleh karena keterbatasan akal budi, seringkali manusia membutuhkan bantuan dari orang lain. Pembukaan ruang bagi diskusi bersama mencari jalan paling tepat dan benar perlu diadakan. Masing-masing pribadi memiliki pandangan dan gagasan yang dapat memperdalam eksplorasi solusi dan kematangan menimbang. Semakin banyak orang terlibat, kemungkinan ketepatan solusi dan kebijaksanaan pilihan lebih terjamin mutunya.
14. Teknis:
15. Siapkan perlengkapan dan pasang sedemikian rupa botol yang berisi materi problem solving di tembok/dam air terjun. (tinggi botol tersebut kira-kira dapat dijangkau oleh orang yang dipanggul/diangkat).
16. Ajak peserta/kelompok untuk bergandengan tangan sampai di tembok/dam air terjun. Kemudian perintahkan untuk mengambil botol yang berisi materi problem solving tersebut.
17. Apabila belum berhasil, ulangi sampai peserta berhasil mengambil botol yang berisi materi problem solving
18. Bila peserta berhasil mengambil botol yang berisi materi problem solving, ajaklah peserta untuk membahas materi itu dengan kelompoknya.
19. Beri pertanyaan-pertanyaan yang kritis kepada setiap peserta dalam menjawab materi problem solving.
20. Perhatikan setiap dinamika yang ada pada peserta/kelompok.
21. Alat:
22. • botol plastik (botol air mineral)
23. • tali (rafia/tampar)
24. • dinding air terjun/dam/tembok/alternatif tempat lain yang memungkinkan peserta sungguh dapat bekerja keras untuk mendapatkan bahan/materi problem solving
25. • materi problem solving
26. • kertas jebakan (bukan materi); contoh: kertas yang bertuliskan “Anda belum beruntung”, “salah lagi… salah lagi… kacian deh loe…”, dll.
27. McKinsey Problem Solving Test Coaching Guide
28. THREE CORE AREAS ON WHICH TO FOCUS
29. We have identified three areas with associated key actions, that when properly combined,
30. may be helpful on the problem solving test. These are:
31. • Absorbing: Identifying essentials
32. • Solving: Employing shortcuts
33. • Executing: Managing time
34. Absorbing: Identifying essentials
35. • Read the questions before the text/ graphs/ tables. Text and exhibits are
36. followed by a set of questions. Read the questions and scan the answers in a
37. section before reading the text and exhibits. As you read, circle the important
38. words. This will allow you to read the text and data/ graphs/ tables with a purpose.
39. • Speed-read text. As you read through the text quickly, circle or underline any
40. information that you think is relevant to answering the questions. You do not have
41. to read every word in order to get the gist of the textual information.
42. • Pay close attention to data/ graphs/ tables. Data/ graphs/ tables are likely to hold
43. information needed to answer many of the test questions. When reading this type
44. of information ensure you have noted the title, legend, labels of the axes and the
45. units for each item.
46. Solving: Employing shortcuts
47. • Structure your approach. Before answering a question decide on your approach.
48. Since every second counts you do not want to waste time working out things you
49. do not need to, or simply churning data. Make sure you have truly understood what
50. you need to work out and how you will do it before beginning to solve.
51. • Approximate. Often questions may seem to call for you to perform complicated
52. maths. Given the time limit, this would be very difficult. There will often be a
53. shortcut that will allow you to save time and avoid tricky calculations. Often the
54. shortcut involves rounding numbers to make them more manageable.
55. • Eliminate. Your approach for many questions will be to eliminate incorrect
56. answers in order to find the correct answer. By working out approximate answers
57. as suggested above you can rule out some options quickly and increase the odds of
58. a correct choice.
59. 2 o f 6
60. Executing: Managing time
61. The quantitative test contains 26 questions and has a 60 minute time limit. With only a
62. little over 2 minutes per question, there is clearly time pressure. A few techniques can help
63. you to better manage how you use your time.
64. • Keep calculations organized. When you need to perform calculations during the
65. test, keep your work for each question to a separate, well-marked area. This will
66. keep your calculations organised, reducing the time you spend checking your work
67. and searching for information you have already recorded/worked out.
68. • Transfer answers in groups. When you decide on the answer to a question, write
69. the answer to the left of the answers on your test paper. Then when you finish a set
70. of questions transfer your answers to the answer sheet all at once. This will save
71. you time and decrease your chances of mis-shading.
72. • Be disciplined. Resist the temptation to spend a long time on any one question,
73. and skip questions that immediately appear too difficult. Once you have completed
74. other areas you can always return to earlier questions. You can also leave notes of
75. your initial thoughts next to the question in order to remind yourself later when you
76. return.
77. • Ensure test completion. It is very difficult to finish every question in the allotted
78. time, so when there is 15 minutes left in the test pick up your pace. Ensure you are
79. able to alert yourself to the fact that you have limited time left, and endeavour to
80. shade in an answer for every question. There is no penalty for wrong answers.
81. 3 o f 6
82. ANSWER GUIDE, PART I
83. Test Section 1, Questions 1-4
84. Question 1
85. Absorbing. In the question you should circle the words “CEO” and “FoodInc’s
86. requirements.” Then when you speed-read the text you are able to circle the
87. “requirements,” which are contained in the last paragraph (sales growth of 10% or more
88. in the last two periods).
89. Solving. Instead of labelling each of the last two nodes on the 4 scenarios and then
90. calculating the percentage increase on each, first stop check for a shortcut. In order to
91. have greater than 10% growth each year, each of the line segments will need to be greater
92. than 10%. You can eliminate Scenario D without churning numbers; the slope of its last
93. segment is not steep enough.
94. Executing. This calls for a calculation in a separate space, so you should write a number
95. 1 in front of the calculation and solve in that space.
96. Question 2
97. Absorbing. Words to circle: “if done alone,” “not help address” and “objectives of
98. CEO.” This helps you to note the CEO’s objectives, which are in the last paragraph of
99. text.
100. Question 3
101. Absorbing. Words to circle: “valid” and “Table 1.”
102. Solving. Eliminate. For B, if revenue is $366.7 now then it must have been much less than
103. $350 5 years ago. For C it is impossible to say for certain it never went less than 1.2%.
104. Eliminate D because total sales must have grown (the only thing that lost money was other
105. products but that was only 15 million total). You can select choice A and check it later if
106. you have time. (The easiest way to check A is to start with 20 and subtract 5%, an
107. approximation, each year. The other way is to start with 15.1 and add back 7.1% each
108. year. Starting with 20 is clearly easier.)
109. Question 4
110. Absorbing. There are many key words in this question: “Kosher Franks' revenue,” “year
111. 4,” “scenario C,” and “Exhibit 1.”
112. Solving. This is maths. Scenario C year 4 is approximately 120% of year 0 sales. Scan
113. your text and exhibits for numbers. Approximate instead of adding exact numbers: 365 +
114. 65 + 55 + 15 = 500. 120% of 500 = 600.
115. Executing. Clearly mark the space you use for your calculation on question 4.
116. 4 o f 6
117. Test Section 2, Question 5
118. Question 5
119. Executing. You have come to a new set of questions with their own bold text box. It is
120. recommended that you transfer over your answers for 1-4 onto the bubble sheet.
121. Absorbing. Circle: “if true would not” and “most consumers” “Jewish.”
122. Solving. Eliminate. Eliminate C because awareness probably correlates with purchase.
123. Eliminate D because Jewish shoppers probably mean Jewish buyers.
124. Executing. If you find that you are down to two remaining answers and cannot decide,
125. make sure to use your time wisely, which might mean to come back to this question at the
126. end of the test.
127. Test Section 3, Question 6-8
128. Question 6
129. Absorbing. Circle: “if true,” “against,” “price reduction,” and “Los Angeles”
130. Solving. Eliminate A- if customers buy on taste then the price will not change anything. B
131. is not a good enough reason. D: this is about pickles so unrelated. Only C is left.
132. Question 7
133. Absorbing. Circle: “average profit,” “dollars per hot dog,” and “before campaign.”
134. Note the units: dollars per hot dog not dollars per package (of 6 hot dogs).
135. Solving. Decide your approach before launching in on the maths. Try to come up with an
136. equation. Profit = profit margin x price to buyer (in this case the grocery store) = 20% x
137. $10 = $2. Now you have the profit per pack, but you need the profit per hot dog. This is
138. $2/ 6.
139. Executing. You are approximately halfway through the entire practice test. If more than
140. 15 minutes has expired, work more quickly.
141. Question 8
142. Absorbing. Circle most of the question: “payback,” “first year,” “percentage increase,”
143. “number hot dogs,” “first year,” and “pay back advertising.”
144. Solving. Decide an equation. There are multiple ways to get this answer, but the method
145. described in the answer key is easiest. If you take a different path in solving the maths,
146. and you feel you are taking a long time (more than 3 minutes), then you probably missed
147. the shortcut.
148. Executing. Remember to write down the units for the numbers you are scribbling.
149. 5 o f 6
150. Instructions
151. Try to complete questions 1-8 again, but try to employ the techniques above. Give
152. yourself 19 minutes to complete the first 8 questions.
153. ANSWER GUIDE, PART II
154. Instructions
155. Answer questions 9-13 on your own using the techniques explained above. Give yourself
156. 11 minutes for the 5 questions.
157. Test Section 4, Question 9
158. Question 9
159. Absorbing. Circle: “if true,” “best support,” “marketing manager.” “Best” suggests that
160. you will have to read all answer choices and then compare.
161. Test Section 5, Question 10-11
162. Question 10
163. Executing. Reading questions 10 and 11 first allows you to find out that your approach
164. will be to check each of the answers back to the main text.
165. Absorbing. Circle: “neither” and “two cities” in the question.
166. Absorbing. Since there is a large amount of text, circle key words in the text. Circle one
167. word in each box that will allow you to scan quickly when answering the question.
168. Potential words to circle (from left to right and then down): dominant brand, weak brand,
169. increase loyalty, priced modest, high premium, price-sensitive, no switching, mixed
170. promotions, strong marketing, and new customer.
171. Question 11
172. Absorbing. Circle: “best suit” and “city 2.” Again the word “best” suggests to you that
173. you will have to compare the answers and make a judgment.
174. Test Section 6, Question 12
175. Question 12
176. Executing. You have 4 minutes for the last two questions.
177. Solving. Eliminate
178. 6 o f 6
179. Test Section 7, Question 13
180. Question 13
181. Absorbing. Circle: “concerns” and “CEO.” When you go to read the text, scan for the
182. word “CEO” and focus on that sentence.
No comments:
Post a Comment