Dream Maker in a Dream Taker World series: ERIC WEIHENMAYER, Pendaki Dunia yang pernah digelari "Si Mata Buruk" .
Ketika tapak kakinya menyentuh puncak gunung Mount Kosciusko di New South Wales, dengan ketinggian 7.310 kaki, saat itulah Erik Weihenmeyer dinobatkan sebagai salah satu pendaki kelas dunia, yang pernah mendaki seluruh " 7 Puncak Gunung Tertinggi di Dunia".
"7 Puncak Gunung Tertinggi Dunia" atau disebut " The Seven Summits"adalah 7 puncak gunung tertinggi dari 7 benua. Mungkin kurang dari 100 orang pendaki dunia, yang pernah bisa mencapai ketujuh puncak ini selama karir pendakian mereka.
Gunung Mount Kosciusko di New South Wales, Australia ini adalah salah satu dari " The Seven Summits" yang ketinggiannya paling rendah. Walaupun termasuk paling rendah, tapi tidak banyak para pendaki gunung profesional yang bisa mendaki sampai ke puncaknya,mengingat medannya termasuk terjal dan cukup sulit.
Karenanya beberapa jam setelah meluncur menuruni gunung ini dengan ski dan diwawancarai oleh pembawa acara ABC NEWS pada acara Good Morning America, Weihanmeyer mengatakan bahwa dia hanya ingin dinilai seperti para pendaki gunung profesional lainnya, yaitu dari tingkat keahliannya mendaki.
Katanya," Saya hanya ingin disebut sebagai pendaki gunung yang baik yang sudah cukup berpengalaman dan mencoba membuat terobosan baru,walau saya punya sedikit kekurangan fisik ".
Pendakian ke gunung Kosciusko ini bagi Erik Weihenmeyer bukanlah hal yang terlalu sulit, mengingat salah satu prestasinya yang terbaik adalah saat mencapai puncak lainnya dari "The Seven Summits" , yaitu Mount Everest di Nepal, gunung tertinggi di dunia .
Dengan ketinggian 29.029 kaki, puncak gunung ini ditaklukannya pada 25 Mei 2001.
Menurutnya pendakian ke Puncak Everest inilah yang tersulit, bukan saja karena kondisi alamnya yang lebih sulit ditaklukan dibanding gunung lainnya, tapi juga karena saat mulai mendaki banyak pendaki gunung kelas dunia lainnya menertawakan dan mengejeknya.
Bahkan ada salah satu dari mereka yang mengatakan bahwa dia akan membawa tim ekspedisi lawan ke puncak Everest, agar dia yang menjadi orang pertama yang bakal menemukan tubuh Eric yang sudah kaku.
Tapi Eric menyimpan tawa terakhirnya, karena setelah turun dari puncak Everest, dia malah menjadi selebritis mendadak, panutan banyak pendaki gunung muda dan mendapat berbagai piagam penghargaan dari beberapa Organisasi Pendaki Gunung Profesional dunia.
Sebetulnya daki mendaki gunung bukanlah olahraga pertama yang menjadi kecintaanya. Olah raga pertama yang disukainya dan tetap dijalankannya hingga sekarang adalah Gulat. Saat di High School dia ikut bergabung dengan tim gulat sekolahnya dan tercatat sebagai penerima pertama National Wrestling Hall of Fame's Medal of Courage se Amerika.
Selain itu juga dia adalah atlit olahraga sepeda yang tangguh, pelari jarak jauh, penerjun payung, dan salah satu penerima sertifikasi dari 12 orang atlit Amerika yang memiliki kondisi serupa dalam olahraga menyelam scuba di lautan .
Dengan prestasinya sebagai pendaki dunia, lengkaplah gelar Eric Weihenmeyer sebagai salah satu dari Atlit Serba Bisa Amerika.
Padahal saat di High School , teman-temannya di sekolah menggelarinya dengan sebutan "Googly Eyes" .
Tapi guru-gurunya diSummer Camp yang sering diikutinya pada umur 16 tahun , punya gelaran lain yaitu "Monkey Boy" alias Anak Monyet.
Nama ini didapatnya gara-gara olahraga baru yang mulai dia kenal di Summer camp ini dan akhirnya disukainya – rock climbing alias mendaki tebing. Dia sangat suka olahraga yang satu ini, karena menurutnya tebing batu-- tidak seperti permainan football atau basket yang bergerak terus—-tetap diam tak bergeming.
Mungkin juga olahraga baru ini akhirnya disukainya, sebagai pelampiasan rasa dukanya yang sangat dalam, karena beberapa waktu sebelumnya Eric baru saja kehilangan ibunya, yang meninggal karena kecelakaan mobil.
Ibunya, seorang perempuan tangguh yang sangat mendorong dan selalu memacu semangat Eric setiap mendapat kesulitan.
Ibunya, sosok wanita lembut yang tegar berdiri di belakangnya. Kematian sang ibu ini membuat Eric muda sangat terpukul.
Untung masih ada ayahnya. Walau sangat dekat dengan ibunya, tapiEric juga sangat memuja ayahnya. Yang menurutnya adalah orang yang selalu mengajarinya untuk berani maju mendobrak semua tantangan hidup. Karena dorongan ayahnya inilah-- yang selalu mendampinginyadi saat -saat awal pendakiannya sebagai pemula – akhirnya Eric selalu berusaha untuk mendaki puncak lebih tinggi dari ketinggian yang dia perkirakan bisa dicapai.
Ayahnyalah yang selalu percaya Eric bisa mencapai segala hal yang terbaik.Karenanya itulah Eric Weihenmayer selalu yakin tidak ada yang bisa menghambat mimpi-mimpinya, selain dirinya sendiri .
Pertanyaannya : Apa betul begitu ?. Apa betul tidak ada yang bisa menghambat mimpi-mimpi Eric Weihenmayer ?.
Saat masih remaja, setelah mulai jatuh cinta dengan olahraga mendaki gunung inilah, dan dibantu dorongan ayahnya, Eric bisa menaklukan puncak gunung Machu Picchu di Peru pada tahun 1987. Keberhasilan mendaki sampai puncak gunung tertinggi di Peru inilah, yang akhirnya mendorongnya memilih sebuah mimpi besar lainnya : Mendaki Ketujuh Gunung Tertinggi Dunia alias " The Seven Summits".
Itulah sebabnya saat turun dari pendakian puncak gunung Mount Kosciusko di New South Wales , Eric Weihenmayer sangat gembira dan bahagia sekali, karena akhirnya berhasil mendaki ketujuh puncak gunung tersebut. Yang menurutnya adalah puncak terakhir dari mimpi-mimpinya.
Ketujuh puncak gunung tersebut adalah
Asia: Mount Everest di Nepal, 29.035 kaki.
South America:Aconcagua di Argentina, 22.840 kaki
North America: Mount McKinley di Alaska, 20.320 kaki
Africa: Mount Kilimanjaro di Tanzania, 19,339 kaki
Europe: Mount Elbrus di Russia, 18.481 kaki
Antarctica: Vinson Massif di the Sentinel Range, 16.067 kaki
Australia: Mount Kosciusko di New South Wales, 7.310 kaki.
Sebagian para ahli gunung mengatakan bahwa seharusnya puncak gunung tertinggi lainnya adalah 16.023-kaki Carstensz Pyramid (yang juga dikenal sebagai Puncak Jaya, di Irian Jaya) , bukan Mount Kosciusko.
Karenanya Weihenmayer juga berencana untuk mendaki juga Carstensz Pyramid dalam waktu dekat.
Sebenarnya, apa kekurangan Eric Weihenmayer yang malah menjadikannya bak selebritis dunia? .
Kekurangan Eric bagi orang lain mungkin menjadi penghambat, tapi baginya, kekurangan itu adalah pendorong utama untuk mencapai mimpi-mimpinya. Eric buta. Ya, ia terlahir dengan penyakit genetik dari retina mata yang disebut 'retinoschisis'. Penyakit ini yang menyebabkan ia buta.
'Super Blind' itulah julukan Eric. Atlit buta yang luarbiasa. "Pendaki gunung buta—sama seperti pemain Bobsled Jamaica (film Cool Running, pen.)," kata Eric tersenyum
Lahir dengan penyakit genetik dari retina mata yang disebut "retinoschisis ", sejak kecil Weihenmayer tahu bahwa pada umurnya yang ke 13 dia pasti akan buta . Tapi karena dukungan cinta kasih ibunya dan semangat dari ayahnya, malah membuat Eric selalu maju pantang mundur dalam hal apapun. Bahkan setelah kebutaannya, dia tetap punya kehidupan aktif yang penuh dengan petualangan , bersepeda gunung kemana-mana dan aktif ikut perlombaan gulat .
Eric mendaki gunung dengan alat ciptaannya sendiri. Alat ini yang terdiri dari 2 tongkat logam untuk mendaki gunung yang bisa dirubah-rubah kepanjangannya , kemudian sambil bersandar pada tongkat yang satu, tongkat lainnya digunakannya untuk menyisir atau mengetes kondisi daerah di hadapannya.
Walau dia selalu naik bersama dengan beberapa pendaki gunung lainnya secara kelompok , tapi dia tetap tidak pernah diperlakukan istimewa-- artinya dia tetap harus ikut membawa segala macam barang yang dibutuhkan dalam pendakian,mendirikan tenda, dan membangun dinding salju saat ada badai salju. Rekan pendaki gunungnya mengkaitkan bel pada ikat pinggang mereka untuk membantu Eric menentukan arah. Tapi Eric seringkali lebih mengandalkan ketajaman nalurinya , dalam cuaca dingin menusuk tulang atau saat panas membakar.
Karenanya rekan-rekan tim pendaki gunungnya menggelarinya " Super Blind".
Dingin menggigit inilah yang menyertai petualangannya saat menaiki puncak Kilimanjaro di Afrika tahun 1997. Tapi di tengah jalan, pendakian ini diberhentikan sementara guna pelaksanaan pernikahan Eric dan rekan sesama pendaki gunung, Ellen Reeve – yang kini menghadiahinya dengan seorang anak perempuan berumur 7 tahun.
Rasa cintanya pada pendakian gunung, tidak berarti Eric melupakan pendidikannya. Lulus dari Boston College, Eric melanjutkan Masternya di bidang Education . Setelah lulus Masternya, dia pindah ke Phoenix, Arizona dan mengajar kelas 5 di Public Elementary School .
Disela-sela liburan musim panasnya, dia selalu menggunakan waktu tersebut melaksanakan mimpi-mimpinya menaiki puncak-puncak gunung ini. Sampai akhirnya beberapa tahun lalu dia memutuskan untuk menjadi Pendaki gunung Profesional Full Time.
Prestasi lainnya...bagaimana kalau ditambah dengan kebiasaannya menuruni puncak yang sudah didakinya dengan meluncur dengan alat Ski .
Sekarang puncak ketujuh sudah ditaklukan oleh pendaki gunung kelas dunia ini yang selalu ingin menjadi yang terbaik, walau tanpa punya kemampuan melihat sama sekali.
Karenanya kalau anda tahu ada anak yang tidak diharapkan punya prestasi, ceritakan pada anak ini cerita tentang Eric Weihenmayer,dan tunjukkan pada dunia bahwa mereka tidak selalu benar.
If You Say You Can, Yes You are Right, You Can.
If You Say You Can't, Yes You Are Right ,You Can't
"Kita tidak harus menjadi sempurna hari ini. Kita tidak harus lebih baik daripada orang lain. Semua yang yang harus kita lakukan adalah menjadi yang terbaik yang kita sanggup."
Baru-baru ini saya membaca mengenai Erik Weihenmayer, seorang pria yang berusia 33 tahun yang bercita-cita mendaki gunung Everest yang menantang para pendaki dunia yang paling piawai. Kenyataannya, hampir 90 persen orang yang mencoba mendaki tidak pernah mencapai puncaknya. Suhu udara merosot turun di bawah 30 derajat di bawah nol. Di samping cuaca yang sangat dingin, angin berkecepatan 161 km per jam, jurang yang curam serta salju longsor, para pendaki juga harus mengatasi tantangan ketinggian yang tinggi, kurangnya oksigen, makanan dan air yang tidak bersih. Sejak tahun 1953, paling tidak 165 pendaki telah meninggal dalam usaha mereka untuk mencapai puncak yang tingginya 8.839 meter itu.
Di samping bahayanya, setiap tahun beratus-ratus orang berderet untuk mendakinya, Erik adalah salah satu di antaranya. Tetapi ada perbedaan penting antara Erik dengan setiap pendaki lainnya yang mencoba mendaki sebelumnya: Erik sepenuhnya buta.
Ketika Erik berusia 13 tahun, dia kehilangan penglihatannya sebagai akibat dari penyakit retina keturunan. Meskipun dia tidak lagi dapat melakukan banyak hal yang dia inginkan, dia sudah pasti tidak akan membuang nyawanya dengan depresi dan perasaan tidak berguna. Jadi dia mulai mendorong dirinya di luar batas kemampuannya.
Pada usia 16 dia menemukan olahraga mendaki batu karang. Dengan merasakan permukaan karang, dia menemukan pegangan tangan serta pegangan kaki yang membuatnya dapat mendaki. Enam belas tahun kemudian, dia mulai mendaki gunung Everest. Kisah mendakinya, sebagaimana yang dapat Anda bayangkan, dipenuhi dengan banyak tantangan yang membuatnya stres serta yang mengancam nyawa. Tetapi akhirnya Erik mendaki puncaknya dari sebelah selatan dan memperoleh nama bersama-sama mereka yang telah berhasil mendaki gunung Everest, salah seorang dari sejumlah kecil orang yang berdiri di puncak gunung yang paling tinggi di permukaan bumi.
Ketika ditanya bagaimana dia mencapai prestasi itu, Erik berkata: "Saya hanya memikirkan . . . pusatkan pikiranmu. Jangan biarkan semua keraguan dan ketakutan serta frustrasi menghalangi." Kemudian yang paling penting, katanya, "Ambillah satu langkah demi satu langkah setiap hari."1
Ya, Erik mengalahkan Everest hanya semata-mata dengan meletakkan satu kaki di depan kaki yang lain. Dan dia terus melangkahkan satu kaki di depan satu kaki lainnya sampai dia mencapai puncaknya.
Sama seperti Erik, kita mungkin memiliki rintangan yang menghalangi kita. Kita mungkin bahkan mencari alasan bahwa kita tidak dapat melakukan yang ingin kita kerjakan. Mungkin ketika kita dicobai untuk membenarkan kurangnya pencapaian kita sendiri, kita dapat mengingat Erik, yang, kehilangan penglihatannya, mencapai apa yang diperkirakan oleh banyak orang mustahil dengan sekadar terus melangkahkan satu kaki di depan kaki yang lainnya.
Ungkapan zaman kuno mengatakan bahwa satu perjalanan seribu kilometer dimulai dengan satu langkah pertama.
Kadang-kadang kita membuat proses lebih rumit daripada yang kita perlukan. Kita tidak akan pernah melakukan perjalanan seribu kilometer dengan mengeluh berapa lama akan tercapai atau betapa sulitnya perjalanan itu. Kita melakukan perjalanan dengan melangkah satu langkah demi satu langkah setiap hari kemudian mengulangi lagi dan mengulangi lagi sampai kita mencapai tujuan kita.
Asas yang sama berlaku bagi bagaimana Anda dan saya dapat mendaki ke arah kerohanian yang lebih tinggi.
Bapa Surgawi kita mengetahui bahwa kita harus memulai pendakian kita dari di mana kita sekarang ini berada. "Jika Anda menaiki tangga," Nabi Joseph Smith mengajarkan, "Anda harus mulai dari dasar, serta mendaki satu langkah demi satu langkah, sampai Anda mencapai puncaknya, dan demikian pula dengan asas Injil—Anda harus mulai dengan langkah pertama, kemudian meneruskan sampai Anda mempelajari semua asas permuliaan. Dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyadarinya dan itu terjadi setelah Anda melewati tabir.'2
Bapa Surgawi kita mengasihi kita masing-masing dan memahami bahwa proses menjadi lebih rohani ini membutuhkan persiapan, waktu serta komitmen. Dia memahami bahwa kadang-kadang kita akan melakukan kesalahan, bahwa kita akan tersandung, bahwa kita akan menjadi kecil hati, dan mungkin, kita berharap menyerah serta mengatakan kepada diri sendiri tidak ada gunanya berjuang.
Kita tahu usaha itu memiliki manfaat, karena harganya yaitu hidup kekal adalah "karunia yang terbesar dari segala karunia Allah."3Dan untuk memperolehnya, kita harus mengambil satu langkah demi selangkah serta terus melangkah untuk mencapai ketinggian rohani yang ingin kita capai.
Asas kekal diungkapkan dalam tulisan suci: "Karena tidaklah perlu bahwa seseorang lari lebih cepat daripada kekuatan yang dimilikinya. Dan lagi, perlulah ia bertekun supaya ia dapat memenangkan hadiah."4
Kita tidak perlu menjadi cepat, kita hanya harus teratur dan bergerak pada arah yang tepat. Kita harus melakukan yang terbaik yang kita sanggup, satu langkah demi satu langkah.
Ketika muda, saya menyenangi olahraga lari. Meskipun kelihatannya sulit bagi Anda untuk percaya, saya memenangkan beberapa pertandingan. Sekarang saya tidak berlari cepat lagi. Kenyataannya, saya tidak pasti seberapa baik saya dapat bertanding lari meskipun pesertanya hanyalah para anggota Kuorum Dua Belas.
Kemampuan saya untuk berlari tidak begitu cepat sekarang. Tetapi saya menantikan saat di masa depan ketika, dengan tubuh yang dibangkitkan, saya sekali lagi dapat berlari cepat di lapangan serta merasakan angin menerpa rambut saya. Saya tidak tinggal dalam kenyataan bahwa saya tidak dapat melakukannya sekarang.
Itu tidak bijaksana. Sebaliknya, saya melakukan yang sanggup saya lakukan. Meskipun dengan keterbatasan usia, saya masih dapat mengambil satu langkah demi satu langkah. Melakukan yang dapat saya lakukan sekarang adalah yang diminta Bapa Surgawi dari saya. Dan itulah semuanya yang Dia minta dari Anda, tanpa memandang ketidakmampuan, keterbatasan, serta ketidakamanan Anda.
John Wooden mungkin pelatih bola basket universitas yang terbesar dalam sejarah bola basket. Dia memiliki empat musim yang tak terkalahkan. Timnya memenangkan 10 kejuaraan nasional. Pada satu saat, dia memenangkan 88 pertandingan secara berurutan.5
Salah satu hal utama yang terus-menerus diajarkan Pelatih Wooden kepada para pemainnya adalah se-suatu yang ayahnya ajarkan kepadanya ketika dia masih seorang anak kecil yang dibesarkan di tanah pertanian. "Jangan terlalu cemas untuk berusaha menjadi lebih baik daripada orang lain," kata ayahnya. "Belajarlah dari orang lain, ya. Tetapi jangan hanya berusaha untuk menjadi lebih baik daripada mereka. Kamu tidak memiliki kendali terhadapnya. Melainkan berusahalah, dan berusahalah amat keras untuk menjadi yang terbaik yang engkau mampu. Hal itulah yang dapat engkau kendalikan."6
Saya mencoba mengutip contoh pengandaian mengenai seorang wanita di lingkungan mana saja yang memiliki anak-anak yang sempurna yang tidak pernah menyebabkan masalah di gereja. Dia adalah seseorang yang mengerjakan generasi kedua puluh dalam sejarah keluarganya, membuat rumahnya luar biasa indah dan bersih, menghafal Kitab Markus, serta membuat baju hangat bagi anak-anak yatim piatu di Rumania. Tentunya bukan bermaksud untuk tidak menghargai gol-golnya yang hebat ini. Nah, saat Anda tergoda untuk lepas tangan serta menyerah karena sister ini, mohon diingat bahwa Anda tidak sedang bersaing dengannya lebih daripada saya bersaing dengan para anggota Kuorum Dua Belas dalam memenangkan lomba lari cepat 50 meter.
Satu-satunya hal yang perlu Anda cemaskan adalah berusaha menjadi yang terbaik dari yang Anda sanggup. Dan bagaimana caranya? Anda memusatkan diri pada gol yang paling berarti dalam hidup dan Anda akan maju terus selangkah demi selangkah.
Saya tahu banyak yang merasakan bahwa jalannya sulit dan arahnya mengecilkan hati. Tetapi sama seperti Erik, pendaki gunung yang berani, kita tidak ditinggalkan tanpa pemandu.
Kita memiliki tulisan suci yang mengungkapkan firman Allah kepada umat manusia di segala umur. Ketika kita mengenyangkan diri dengan firman Allah, kita membuka pikiran kita kepada kebenaran kekal dan hati kita kepada bisikan lembut dari Roh Kudus. Sesungguhnya firman Allah, melalui tulisan suci dan para nabi zaman modern, adalah "pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku."7
Ketika kita membaca mengenai jiwa-jiwa perkasa yang sudah mendahului kita, kita memahami bahwa mereka juga mengalami saat-saat mengecilkan hati dan penderitaan. Kita memahami bahwa mereka bertahan terhadap kerja keras, musuh, kadang-kadang kelemahan mereka sendiri. Kita pun memahami bahwa mereka, juga terus maju selangkah demi selangkah. Kita dapat menjadi seperti mereka, jiwa yang benar yang dibicarakan Lehi yang, "memegang ujung pegangan besi dan mereka mendesak ke muka melalui kabut kegelapan, . . . bahkan sampai mereka tiba di muka dan memakan buah dari pohon itu."8
Kita juga memiliki nabi yang hidup, Presiden Gordon B. Hinckley. Dia memberikan nasihat dan peng-arahan kenabian bagi kita di zaman kita ini.
Melalui nasihat-nasihatnya dan doa-doa kita, kita dapat mencapai surga dan secara pribadi berhubungan dengan Bapa Surgawi. Melalui iman, surga sendiri dapat dipindahkan atas nama kita. Pintu-pintu akan dibukakan serta jawaban diterima.
Pikirkan tentang Joseph Smith, yang, sebagai pemuda diliputi oleh kebingungan serta suara-suara yang bertentangan, ingin mengetahui yang manakah dari semua gereja itu yang benar. Dia juga buta dikelilingi oleh kegelapan pada zamannya. Setelah membaca Kitab Yakobus di dalam Perjanjian Baru, dia percaya perkataan rasul zaman dahulu yang mengatakan: "Tetapi apabila ada di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit, maka hal itu akan diberikan kepadanya."9Joseph percaya akan perkataan ini, dan pada pagi hari musim semi tahun 1820, dia pergi ke rimbunnya pohon-pohon untuk mencurahkan jiwanya dalam doa serta bertanya kepada Bapa Surgawinya untuk memohon hikmat.
Jawaban atas doanya memenuhinya dengan terang dan petunjuk. Bapa Surgawi kita serta Putra Terkasih-Nya menampakkan diri kepadanya. Petunjuk Mereka melenyapkan kegelapan tebal yang menyelimutinya dan mengancam untuk memusnahkannya. Jawaban itu selama-lamanya melenyapkan kebingungannya.
Sejak saat itu sampai mati syahidnya hampir seperempat abad kemudian, Joseph Smith membulatkan tekadnya ke jalan yang ditunjukkan kepadanya oleh Bapa dan Putra. Bayangkan betapa menyakitkan hari-harinya. Bayangkan penderitaan serta penganiayaan yang dialaminya. Tetapi dia terus maju, selangkah demi selangkah, tidak pernah menyerah, tidak pernah meragukan bahwa dia hanya melakukan yang dia sanggup, maka Bapa Surgawi akan membantunya menyelesaikan yang perlu dikerjakan.
Saudara dan saudari sekalian, waktu kita di sini sangatlah berharga dan sangatlah pendek. Seberapa baik saya memahami Nabi Yakub ketika dia berkata: "Waktu berlalu bersama kami dan juga hidup kami berlalu seolah-olah suatu mimpi bagi kami."10
Terlalu cepat waktu kita akan habis. Ketika kita sanggup—ketika masih ada waktu untuk menyelesaikan pekerjaan kita—marilah kita berjalan di jalan yang benar, mengambil selangkah demi selangkah.
Cukup mudah. Kita tidak harus menjadi sempurna hari ini. Kita tidak harus lebih baik daripada orang lain. Semua yang yang harus kita lakukan adalah menjadi yang terbaik yang kita sanggup.
Meskipun kita merasa lelah, meskipun kadang-kadang kita tidak mungkin sanggup melihat jalannya, ketahuilah bahwa Bapa di Surga tidak akan pernah meninggalkan para pengikut-Nya yang benar. Dia tidak akan meninggalkan Anda tanpa penghiburan. Dia akan berada di sisi Anda, ya, membimbing setiap langkah Anda.
Dengarkan perkataan indah Joseph Fielding Smith ini ketika dia menguraikan hidupnya.
Waktu tinggal sedikit 'tuk mengabarkan berita Injil di laut dan darat
Bergegaslah utusan, pergi nyatakan,
Bertobatlah, K'rajaan Surga dekat,
Bertobatlah, K'rajaan Surga dekat.
Lakukan tugas walau banyak tantangan, dan ikutlah Tuhan, contoh dan kawan
Meskipun berat beban penderitaan,
Kelak berakhir dengan kemuliaan,
Kelak berakhir dengan kemuliaan.
Apakah karunia Ahman bagimu jika kau bertahan dalam panggil-anmu?
Malaikat menunggu 'tuk memberkatimu!
Janji-Nya tepat, beriman dan maju,
Janji-Nya tepat, beriman dan maju.
Setan mengerti nilainya panggilanmu, tetaplah teguh dalam tujuanmu,
Jalan penuh duri, setan pun menentang,
Tapi Yesus dekat lengan-Nya kuat,
Tapi Yesus dekat lengan-Nya kuat.11
Agar kita akan memiliki keberanian untuk mulai mendaki gunung Everest kita sendiri, agar kita boleh maju dalam perjalanan hidup kita selangkah demi selangkah sampai kita mencapai yang terbaik yaitu dari diri kita.
Bapa Surgawi kita hidup dan mengenal serta mengasihi kita masing-masing. Yesus adalah Kristus, Putra Allah, Juruselamat dan Penebus kita semua, dan ya, Raja Damai. Joseph Smith adalah nabi Pemulihan, serta Presiden Gordon B. Hinckley adalah nabi kita, pelihat, dan pewahyu di bumi zaman ini. Saya memberikan kesaksian saya dan inilah kesaksian saya bagi Anda agar Anda berbahagia serta puas jika saja Anda melakukan yang terbaik dari diri Anda. Inilah doa khusyuk saya dalam nama Yesus Kristus, amin.
CATATAN:
1. "Everest Grueling for Blind Man," Deseret News, 5 Juni 2001, A12; lihat juga Karl Taro Greenfeld, "Blind to Failure," Time, 18 Juni 2001.
2. The Teachings of Joseph Smith, diedit oleh Larry E. Dahl dan Donald Q. Cannon (1997), 519.
3. A&P 14:7.
4. Mosia 4:27.
5. http://www.coachwooden.com/ bio.shtml
6. http://www.coachwooden.com/ bodysuccess.shtml
7. Mazmur 119:105.
8. 1 Nefi 8:24.
9. Yakobus 1:5.
10. Yakub 7:26.
11. "Waktu Tinggal Sedikit,"Nyanyian Rohanino. 127.
No comments:
Post a Comment